Krisis Barang Mewah di China, Masyarakat Lebih Suka Liburan

Zahra Indah Safira, Jurnalis
Sabtu 09 November 2024 00:15 WIB
Krisis barang mewah di China, masyarakat lebih suka liburan (Foto: Okezone)
Share :

Namun, setelah kehilangan pekerjaannya sebagai eksekutif di sebuah perusahaan multinasional di Hong Kong, kebiasaan belanjanya mulai berkurang. Ia mulai menjual beberapa tas Hermes miliknya di platform online di Tiongkok daratan. “Dulu, saya membeli barang-barang mewah tanpa berpikir, saya kangsung beli selama saya menyukainya,” ungkap Li. Sekarang, dia merasa tidak ada barang spesial yang ingin dibeli karena ketidakpastian mengenai pendapatannya di masa depan.

Pada ekonomi saat ini, barang-barang mewah di Tiongkok tidak lagi menjadi prioritas, terutama di kalangan kelas menengah. Jonathan Siboni, CEO dari konsultasi Luxurynsight, menjelaskan bahwa data perusahaan menunjukkan bahwa sekitar seperempat konsumen Tiongkok merasa bahwa merek-merek Barat semakin kurang menarik dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu.

Perubahan pola konsumsi ini mencerminkan pergeseran sikap terhadap pembelian barang-barang mewah, di mana konsumen kini lebih mengutamakan kebutuhan yang lebih mendasar dan pengalaman, alih-alih status sosial yang ditunjukkan melalui kepemilikan barang mewah. Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari ketidakpastian ekonomi dan perubahan prioritas belanja semakin terasa, terutama di kalangan konsumen yang lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang.

Walaupun ada potensi ekonomi membaik, tetapi para pembeli di Tiongkok cenderung untuk tidak lagi membeli barang-barang mewah seperti yang mereka lakukan sebelumnya. CEL BrighterBeauty, Jessica Gleeson, menekankan bahwa aspirasi konsumen Tiongkok saat ini tidak lagi bergantung pada merek untuk mendefinisikan kebahagiaan mereka atau label untuk membuktikan kekayaan mereka. “Investasi dalam diri sendiri, kesehatan, dan pengalaman hiburan adalah arah pengeluaran yang semakin terlihat, dan saya tidak melihat tren ini akan berbalik,” ungkapnya. Hal ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam perilaku konsumen, di mana fokus semakin bergeser dari barang-barang mewah menuju pengalaman yang lebih berarti dan personal.

Perkembangan merek mewah di Tiongkok mencerminkan tantangan yang lebih luas yang dihadapi oleh industri ini dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen dan dinamika ekonomi. Penurunan penjualan yang signifikan, dampak dari krisis perumahan, dan perubahan dalam prioritas pengeluaran konsumen menunjukkan bahwa barang mewah tidak lagi menjadi simbol status utama.

Konsumen muda kini lebih memilih pengalaman dan investasi untuk diri sendiri. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di sektor barang mewah harus beradaptasi dengan perubahan ini dan mencari cara untuk tetap relevan di tengah perubahan minat konsumen yang sedang terjadi.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya