JAKARTA – Demo ojek online (ojol) menuntut Tunjangan Hari Raya (THR) di Kementerian Ketenagakerjaan sepi lantaran ada ancaman dari aplikator. Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), Lily Pujiati mengakui aksi yang dilakukan untuk menuntut pemberian THR kepada driver ojol belum cukup optimal.
Hal tersebut juga terlihat dari masih belum cukup ramai driver yang ikut dalam masa aksi tersebut. Berdasarkan pantauan di lokasi, sekitar pukul 10.20 hanya ada sekitar puluhan orang yang berdemo di depan Kantor Kemnaker menggunakan 1 mobil komando.
Lily mengaku belum ramainya aksi yang dilakukan ini juga disebabkan karena ada ancaman yang diberikan dari aplikator kepada mitra driver jika melakukan aksi ilegal. Ancaman sanksi yang diberikan yaitu berupa suspensi pada pemilik akun hingga pemutusan mitra.
"Terus terang untuk aksi kita ini belum maksimal, karena apa, ada ancaman-ancama dari beberapa aplikator bahwa mereka ketika ikut demo, mereka akan diputus mitra," ujar Lily di Kantor Kemnaker, Senin (17/2/2025).
Lily menjelaskan, ancaman itu datang dari adanya notifikasi yang muncul di aplikasi. Berupa himbauan kepada mitra untuk tidak mengikuti demo yang dilakukan pada hari ini Senin 17 Januari 2025.
"Itu ada notifikasi di aplikasi, kalau berani melakukan demonstrasi ilegal, maka akan diberikan sanksi. Padahal, mana ada aksi demonstrasi yang ilegal di negara demokrasi," tambahnya.