JAKARTA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan kekhawatirannya terkait ketegangan yang meningkat antara India dan Pakistan. Menurutnya, hubungan yang semakin memanas antara kedua negara tersebut dapat berdampak pada ekspor Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil dalam diskusi bertajuk Arah Kebijakan Geostrategi dan Geopolitik Indonesia yang digelar di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (8/5/2025).
Sebelum membahas ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara dengan kekuatan nuklir, Bahlil Lahadalia terlebih dahulu menyampaikan pandangannya mengenai kondisi geopolitik global yang penuh dengan ketidakpastian.
"Begitu satu masalah belum selesai, sekarang muncul lagi ketegangan di kawasan India dan Pakistan. Ini tentunya akan berdampak pada ekspor kita," kata Bahlil dalam sambutannya.
Menurut Bahlil, ketegangan tersebut dapat mempengaruhi ekspor Indonesia, terutama komoditas Batu Bara dan Crude Palm Oil (CPO). Namun, ia berharap dampak tersebut tidak akan terjadi.
"Mudah-mudahan ini tidak terjadi. Saya sedang merancang langkah-langkah untuk mengatasinya," ujar Bahlil.
Kendati demikian, Bahlil menyatakan bahwa sampai saat ini, hasil analisis menunjukkan belum ada dampak atau pengaruh terhadap ekspor Indonesia, khususnya di sektor energi.
"Sampai dengan hari ini, perang antara Pakistan dan India belum memberikan pengaruh apa-apa, terutama di sektor energi," tuturnya saat dikonfirmasi kembali oleh awak media usai memberikan sambutan.
Ketua Umum Partai Golkar itu memastikan bahwa pemerintah akan segera melakukan kajian terkait dampak yang ditimbulkan dari peperangan antara India dan Pakistan, mengingat kedua negara tersebut termasuk negara besar.
"Nanti kita akan melakukan kajian, ya, karena negara mereka kan besar juga. Jadi, apakah tujuan batu bara kita ini kena di wilayah terdampak atau tidak," pungkasnya.
Sebagai informasi, ketegangan antara India dan Pakistan semakin memanas setelah serangan militan di Pahalgam bulan lalu. Ketegangan tersebut semakin meningkat setelah militer India melancarkan serangan ke wilayah Kashmir yang dikendalikan Pakistan. Serangan itu, yang diklaim Pakistan menewaskan 26 warga sipil, semakin membawa kedua negara tetangga berkekuatan nuklir tersebut ke ambang perang.
Kedua negara telah terlibat dalam beberapa konflik bersenjata sepanjang sejarahnya sejak memisahkan diri pada 1947. Perang antara keduanya terjadi pada 1948, 1965, dan 1971, selain beberapa bentrokan lainnya.
Sebagian besar konflik yang terjadi terkait perebutan wilayah Kashmir yang diklaim oleh keduanya. Kedua negara memperoleh senjata nuklir pada tahun 1990-an, dan Kashmir dianggap sebagai salah satu titik konflik paling berbahaya di dunia
(Feby Novalius)