Banyak Gen Z yang belum memiliki soft skills (komunikasi, kerja tim, etos kerja) yang kuat. Hard skills juga kadang tidak sesuai kebutuhan industri (misalnya, tidak menguasai tools digital yang dibutuhkan).
Beberapa Gen Z menginginkan gaji tinggi, fleksibilitas, atau jabatan tertentu sejak awal, padahal belum punya pengalaman. Hal ini bisa membuat perusahaan enggan merekrut mereka.
Akses terhadap informasi kerja dan jaringan profesional sering terbatas, terutama bagi mereka dari latar belakang non-privilege.
Dunia kerja makin terdigitalisasi, tetapi tidak semua Gen Z punya akses atau pelatihan digital yang memadai. Otomatisasi dan AI menggeser beberapa pekerjaan tradisional.
Kurikulum di beberapa kampus/sekolah belum mengikuti perkembangan kebutuhan industri. Lulusan kadang tidak siap secara praktikal untuk dunia kerja.
(Taufik Fajar)