Dia menjelaskan dalam upaya negosiasi Indonesia ke AS, pemerintah berencana belanja energi dari Amerika Serikat senilai USD15,5 miliar atau sekitar Rp250,87 triliun, yang akan terdiri atas LPG dan crude (minyak mentah) sebagai upaya negosiasi tarif.
Dia menambahkan pada 2024, belanja energi dari Amerika Serikat sebesar USD4,2 miliar. Rencana peningkatan belanja energi ke AS yang nyaris empat kali lipat iyu merupakan upaya Indonesia untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan Negeri Paman Sam itu.
Keseimbangan neraca perdagangan menjadi hal yang penting bagi Indonesia dalam bernegosiasi. Hal ini agar Amerika Serikat tidak mengenakan tarif impor sebesar 32 persen kepada produk-produk Indonesia.
Dia menyoroti keberhasilan Vietnam memangkas tarif resiprokal AS, dari yang sebelumnya 46 persen, menjadi 20 persen setelah bernegosiasi.
“Langkah yang sama juga akan dilakukan Indonesia, bagaimana keseimbangan dagang. Jangan sampai (tarif) kita lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain,” pungkasnya.
(Taufik Fajar)