JAKARTA - Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengatakan pihaknya mendukung langkah BPI Danantara untuk membereskan utang jumbo dalam proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh.
Berikut fakta utang Kereta Whoosh yang dirangkum Okezone, Senin (25 Agustus 2025).
Tercatat, beban utang proyek kereta cepat Whoosh telah membengkak hingga USD7,2 miliar atau setara Rp116 triliun.
Menurutnya, ada tiga opsi yang mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk penyelesaian masalah utang PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku operator Whoosh. Misalnya, pengembangan kawasan, mendorong peningkatan okupansi Whoosh, hingga melepas kepemilikan saham pemerintah.
Toto menjelaskan, pengembangan kawasan misalnya pembangunan TOD (Transit Oriented Development). Terutama di tempat-tempat yang menjadi titik pemberhentian Whoosh. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sumber-sumber pendapatan baru di luar operasional melayani penumpang.
"Pengembangan kawasan otomatis iya (penambahan investasi Danantara) kan misalnya juga beberapa (perusahaan) yang masuk dalam konsorsium KCIC itu juga kan sudah punya akses. Misal ada WIKA, dia punya konsesi pengembangan TOD di Halim misalnya, dan lainnya," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jakarta.
Dia mencontoh operator kereta api terbesar di Jepang, JR-East (Japan Railways East) misalnya, yang justru pendapatan terbesarnya bukan dari penjualan tiket kereta tapi pemanfaatan kawasan untuk pengembangan properti, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
"Itu yang menurut saya bisa membantu. Bagaimana kemudian JR-East itu mampu mendapatkan pendapatan konsolidasi yang besar dari pemanfaatan kawasan di luar tiket penumpang," kata Toto.
Namun demikian, menurutnya untuk pengembangan kawasan ini memang diperlukan biaya investasi tambahan. Hal ini yang justru sulit dilakukan oleh PT KAI, selaku kepemilikan mayoritas atas Whoosh. Mengingat beban utang proyek kereta cepat itu sudah cukup besar.
"(Pengembangan kawasan) itulah menurut saya solusi jangka pendek yang bisa diselesaikan kalau misalnya nanti utang investasi kereta cepat ini bisa diambil alih Danantara," sambung Toto.
Toto menambahkan, opsi lain untuk penyelesaian utang jumlah Whoosh ini adalah dengan melepas kepemilikan saham pemerintah melalui PT KAI dengan mencari investor baru. PT KCIC merupakan perusahaan patungan antara PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian Tiongkok, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Saat ini, PT PSBI sendiri merupakan konsorsium yang terdiri dari, PT KAI (Persero) 58,53 persen, PT Wijaya Karya (Persero) 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) 7,08 persen, dan PTPN VIII memegang porsi 1,03 persen.
"Jadi mungkin bisa dilakukan alternatifnya itu mengundang strategic investor yang lain, supaya sebagian porsi sahamnya pemerintah bisa didivestasi ke strategic investor yang lain," kata Toto.
"Pertanyaannya kira-kira ada tidak strategic investor yang bisa tertarik untuk mengambil sebagian saham pemerintah di konsorsium KCIC ini. Itu saja masalahnya," pungkasnya.
(Taufik Fajar)