Meskipun sanksi belum diumumkan, retorika ini meningkatkan risiko geopolitik. Ibrahim menyoroti peningkatan serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia.
Selain itu, tuntutan Ukraina dan NATO agar Rusia mengembalikan seluruh wilayah yang dikuasai termasuk Crimea, Donetsk, dan Luhansk membuat perjanjian gencatan senjata sangat sulit terwujud.
Ketegangan global ini mendorong penguatan signifikan pada Indeks Dolar (DXY), yang menembus mendekati level 97,850, memberikan tekanan besar pada Rupiah.
Dari sisi internal, Ibrahim menyoroti penolakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terhadap wacana tax amnesty. Menurut Ibrahim, di tengah kondisi saat ini, tax amnesty seharusnya dilakukan karena sangat diinginkan oleh pasar.
"Dulu pada saat pemerintahan Jokowi di bawah Kementerian Keuangan Sri Mulyani ada tiga kali melakukan tax amnesty dan itu disambut positif oleh pasar," jelas Ibrahim.
(Feby Novalius)