JAKARTA - Emiten energi PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) menargetkan potensi tambahan pendapatan sebelum pajak (EBITDA) lebih dari USD100 juta per tahun atau Rp1,65 triliun dari 9 proyek strategis yang tengah disiapkan perseroan.
Proyek-proyek tersebut merupakan bagian dari ekspansi besar RAJA di sektor gas, LNG, dan energi baru terbarukan.
Deputy Director Business Development RAJA Wilson Kurniawan mengatakan sebagian proyek akan mulai memberikan kontribusi arus kas dalam waktu dekat, sementara lainnya masih dalam tahap pembangunan.
"Kalau sudah jalan semua full operation itu bisa di atas USD100 juta EBITDA per tahun. Ada proyek yang langsung menghasilkan cash flow, tapi ada juga yang butuh satu sampai tiga tahun pembangunan," ujarnya dalam paparan publik secara daring, Jakarta, Senin (27/10/2025).
Sembilan proyek yang dimaksud terdiri dari akuisisi perusahaan perdagangan gas di Banten, akuisisi dua perusahaan pelayaran dengan aset dua unit Liquefied Natural Gas Carrier (LNGC) dan satu Very Large Gas Carrier (VLGC).
Selanjutnya, RAJA juga sedang melakukan studi pembangunan terminal LNG di Banten, pembangunan LNG plant di Kalimantan, mulai dari pengadaan lahan, finalisasi perjanjian jual beli gas, permohonan alokasi gas dan kajian bankable feasibility study
Di sisi lain, RAJA juga sedang bersiap melakukan operasional fasilitas kompresor di Sengkang (Sulawesi Selatan) pada kuartal IV/2025, dan investasi infrastruktur hilir migas di Indonesia Timur.
Tak berhenti di situ, RAJA akan segera memulai embangunan pipa bahan bakar minyak di Kalimantan Timur pada kuartal I/2026, serta akuisisi pembangkit listrik tenaga air dan biomassa, dan fasilitas sistem penyediaan air minum di area Jabodetabek.
Vice President Corporate Finance & Investor Relations RAJA Aldila Ayudya Putri menjelaskan sebagian proyek tersebut telah masuk ke dalam rencana belanja modal 2026. Untuk proyek pipa BBM saja, kebutuhan investasi diperkirakan mencapai USD50–60 juta. Sumber pendanaan, kata Aldila, akan berasal dari kombinasi ekuitas dan pinjaman perbankan.
"Untuk pembiayaan, strategi kami masih konvensional melalui dukungan perbankan dan ekuitas internal,” kata Aldila.
Pada paruh pertama 2025 RAJA mencatat pendapatan sebesar USD127,6 juta, tumbuh 3,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja keuangan empat tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang solid dan berkelanjutan, didorong oleh pertumbuhan pesat di segmen downstream dan kontribusi stabil dari segmen midstream.
Ekuitas Perseroan terus meningkat seiring kenaikan laba bersih dan dampak positif divestasi RATU. Dengan likuiditas kuat, struktur modal sehat, dan komitmen pembagian dividen yang konsisten, RAJA berada pada posisi keuangan yang kokoh untuk mendukung ekspansi di masa mendatang.
Menindaklanjuti permintaan BEI, RAJA juga memberikan penjelasan atas kenaikan harga saham pada Oktober 2025. Sejak awal tahun hingga 24 Oktober 2025, harga saham RAJA berfluktuasi dipengaruhi oleh sentimen investor dan dinamika sektor energi.
Saham sempat mencapai level Rp4.230 pada Januari dan menguat hingga Rp5.675 pada 10 Oktober 2025. Perseroan menegaskan bahwa pergerakan tersebut merupakan dinamika wajar pasar modal, dan seluruh informasi material telah disampaikan secara lengkap serta tepat waktu sesuai ketentuan yang berlaku.
Sementara, Presiden Direktur RAJA Djauhar Maulidi menegaskan perusahaan menjaga keseimbangan antara ekspansi dan stabilitas keuangan dengan prinsip kehati-hatian dalam investasi.
"Beberapa proyek sudah kami siapkan pendanaannya dari ekuitas dan fasilitas pinjaman bank. Saat ini belum ada rencana menerbitkan obligasi,” jelasnya.
Sebagai catatan, RAJA mencatat pertumbuhan pendapatan 3,3 persen menjadi USD127,6 juta pada kuartal II-2025. EBITDA tercatat USD39,1 juta, sedikit turun 1,5 persen, sementara laba bersih untuk entitas induk mencapai USD11,35 juta.
Di sisi lain, Direktur RAJA Ogi Rulino menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2025 Perseroan mencatat berbagai pencapaian penting di pasar modal Indonesia, termasuk keberhasilan RAJA masuk dalam indeks IDX80 serta anak usaha PT Raharja Energi Cepu (RATU) yang kurang dari satu tahun setelah IPO telah masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap.
“Tahun ini kami juga telah menyelesaikan akuisisi Hafar Group bersama PT Petrosea Tbk sebagai langkah strategis untuk memasuki bisnis EPCI lepas pantai dan pengangkutan LNG (LNG shipping). Langkah ini tidak hanya memperluas portofolio di sektor EPCI dan perkapalan, tetapi juga memperkuat rantai pasok energi serta sinergi bisnis berkelanjutan di lingkungan RAJA Group,” ujar Ogi.
(Dani Jumadil Akhir)