Menurut Jokowi, proyek seperti Whoosh bertujuan mendorong masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, sehingga mengurangi kerugian tersebut.
Jokowi juga menekankan bahwa subsidi yang diberikan pada transportasi massal, seperti subsidi MRT Jakarta sebesar Rp800 miliar per tahun oleh Pemprov DKI, merupakan investasi dan bukan kerugian. Hal serupa juga terjadi pada Metro Paris dan London Underground di Eropa.
Jokowi optimis terhadap masa depan Whoosh, terutama karena data menunjukkan adanya perpindahan positif. Kereta Cepat Whoosh sendiri telah mengangkut 12 juta orang sejak diluncurkan. Dengan terus naiknya jumlah penumpang, Jokowi memprediksi kerugian operasional Whoosh akan semakin mengecil setelah enam tahun beroperasi.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh merupakan proyek strategis nasional yang digarap sejak 2016 dan resmi beroperasi pada Oktober 2023. Nilai investasi proyek ini mencapai USD7,27 miliar atau setara Rp118,37 triliun dengan kurs Rp16.283 per USD. Angka ini sudah termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar USD1,2 miliar. Dari total investasi tersebut, sekitar 75% dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh digarap di bawah pengelolaan konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Sebanyak 60% konsorsium itu dipegang oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan sisanya dimiliki konsorsium China Railway yang terdiri dari lima perusahaan.
PSBI terdiri dari PT Kereta Api Indonesia yang menguasai saham mayoritas sebesar 58,5%, disusul PT Wijaya Karya 33,4%, PT Jasa Marga 7,1%, dan PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 1,03%. Pada 2024, PSBI mencatat kerugian sekitar Rp4,2 triliun dan hingga saat ini masih terus berlanjut.
Per semester I-2025, kerugian itu tercatat senilai Rp1,63 triliun. Adapun nilai rugi bersih PSBI yang dikontribusikan ke KAI mencapai Rp951,5 miliar per Juni 2025. Selain beban utang, ada bunga utang yang harus diselesaikan. Dalam hitungan, besaran sekitar USD120,9 juta atau hampir Rp2 triliun per tahun.
Angka itu berdasarkan bunga tahunan untuk utang pokok sebesar USD6,02 miliar sebesar 2% dan bunga untuk pembengkakan biaya (cost overrun) mencapai 3,4% per tahun.
(Dani Jumadil Akhir)