Dengan capaian tersebut, Indonesia berpeluang memperkuat kemandirian pangan melalui riset dan inovasi teknologi lokal. Keberhasilan ini sekaligus membuktikan kualitas riset nasional mampu menyaingi produk impor di pasar global.
“Capaian ini membuktikan inovasi anak bangsa bisa menggantikan ketergantungan impor kedelai dunia,” ujar Prof Ali yang juga Direktur Utama PT KUAB.
Dia menjelaskan, keunggulan kedelai Garuda Merah Putih tidak hanya pada produktivitas tinggi, tetapi juga kualitas biji unggul. Kualitas Non-GMO-nya cocok untuk industri pangan lokal seperti tempe, tahu, hingga susu kedelai dan tepung.
Maka itu, lanjur dia pasokan kedelai unggul ini berpotensi memperkuat ekonomi kerakyatan dan rantai pasok pangan nasional. Industri hilir juga akan tumbuh dengan bahan baku lokal yang lebih terjangkau dan berkualitas.
Sebagai langkah lanjutan, PT KUAB bersama Prof Ali berkomitmen meningkatkan riset agar hasil panen melebihi 5 ton per hektare.
Selain itu, mereka juga mengembangkan varietas padi Trisakti dengan produktivitas mencapai 16,5 ton per hektare.
Sedangkan itu, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengapresiasi, keberhasilan riset nasional yang berdampak nyata terhadap ketahanan pangan.
Menurutnya, kolaborasi riset dan pertahanan menciptakan kekuatan baru bagi kedaulatan pangan nasional.
(Taufik Fajar)