JAKARTA - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan utang pemerintah yang mencapai Rp9.138,05 triliun per Juni 2025 masih dalam batas aman. Kini, Purbaya memiliki cara untuk menekan utang tersebut bahkan bisa dilunasi.
Purbaya mengungkapkan strategi khusus untuk masalah utang Rp9.138,05 triliun. Strategi tersebut berfokus pada efisiensi belanja anggaran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk menekan defisit dan menaikkan rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (tax-to-GDP ratio).
Berikut ini Okezone sajikan fakta-fakta cara Purbaya lunasi utang Rp9.138,05 triliun, Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
1. Strategi Purbaya Lunasi Utang
Purbaya menekankan pentingnya pengeluaran pemerintah yang optimal agar berdampak maksimal pada perekonomian.
Total utang pemerintah pusat per akhir Juni 2025 adalah Rp9.138,05 triliun, yang terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp7.980,87 triliun dan pinjaman senilai Rp1.157,18 triliun. Angka ini merupakan rasio sebesar 39,86 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Strategi yang pertama adalah anggarannya dibelanjakan, tepat sasaran, tepat waktu, enggak ada kebocoran, optimalkan dampak anggaran ke perekonomian," ujar Purbaya saat ditemui usai pulang kantor, Senin (27/10/2025).
2. Pertumbuhan Ekonomi Bisa Lebih Cepat
Purbaya berharap, dengan efektivitas belanja ini, pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat, dan pada gilirannya akan meningkatkan penerimaan pajak.
"Harapannya dengan seperti itu maka pertumbuhan ekonomi lebih cepat, pajaknya juga akan lebih besar income-nya, sehingga saya bisa menekan defisit dari situ," jelasnya.
3. Perbaikan Rasio Pajak
Purbaya menargetkan perbaikan signifikan pada tax-to-GDP ratio dalam beberapa bulan ke depan, didukung oleh perbaikan di sektor penerimaan (pajak dan bea cukai) dan pertumbuhan sektor riil yang kuat.
"Harusnya sih dengan perbaikan juga di sektor penerimaan, bea cukai dan juga pajak, coretax dan lain-lain, harusnya sih kita bisa expect perbaikan di tax-to-GDP ratio," katanya.
4. Penerimaan Tambahan Rp100 Triliun
Purbaya secara spesifik memperkirakan bahwa jika sektor riil berjalan bagus sesuai desainnya, hal itu berpotensi menaikkan tax ratio hingga setengah sampai satu persen. Kenaikan satu persen setidaknya berhubungan dengan penerimaan tambahan minimal Rp100 triliun.
Untuk memastikan sektor riil tumbuh, Purbaya menyatakan bahwa dirinya aktif melakukan kunjungan dan pertemuan (sidak) untuk menghilangkan hambatan.
"Jadi saya harapkan sektor riil bisa tumbuh dengan effort, makanya saya ke sana-sini memastikan hambatan-hambatan di sektor riil bisa berkurang secara signifikan," tegasnya.
5. Purbaya Yakin Ekonomi RI Kuartal III Lebih Baik
Purbaya mengaku sedang bertaruh pada kuartal ini agar laju pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Saya bertaruh untuk triwulan ini paling enggak laju pertumbuhan ekonominya lebih cepat dibanding triwulan-triwulan sebelumnya, kita targetkan di atas 5 persen, kalau bisa syukur," pungkasnya.
Di akhir jawabannya, Purbaya sempat berkelakar akan mentraktir makan para awak media apabila target pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen.
6. Purbaya Tegaskan Utang Masih Aman
Purbaya menjamin posisi utang pemerintah sebesar Rp9.138,05 triliun per akhir Juni 2025 masih pada batas aman dan tidak seharusnya dijadikan sentimen negatif terhadap perekonomian nasional.
Adapun tolok ukur utama risiko utang bukanlah nilai nominal absolutnya, melainkan rasio utang dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kan kalau acuan utang bahaya besar atau enggak, itu bukan dilihat dari nominalnya saja, tapi diperbandingkan dengan ekonominya. Ini kan Rp9.000 triliun itu sekarang masih di bawah 39 persen dari PDB, kan? Jadi dari standar ukuran internasional, itu masih aman," ujar Purbaya dalam sesi media gathering via Zoom, Jumat (10 Oktober 2025).
7. Rasio Utang Masih di Bawah PDB
Purbaya menyebut rasio utang Indonesia saat ini masih di bawah 39 persen dari PDB, jauh di bawah batas kriteria Maastricht 60 persen, dan jauh lebih rendah dibandingkan banyak negara maju.
"Jadi dari standar ukuran internasional, itu masih aman. Kita aman, masih di bawah 40, Maastricht kriteria 60 persen," tegas Purbaya.
Sebagai perbandingan, Purbaya menyebut rasio utang di sejumlah negara lain berada jauh di atas Indonesia.
"Negara-negara apa di atas 80, banyak yang 400, bahkan Jerman 100. Amerika 100 persen lebih, Jepang 250 persen lebih. Jadi Singapura juga tinggi sekali. Jadi dengan standar itu kita aman," jelasnya.
8. Minta Masyarakat Tak Khawatir
Purbaya meminta publik untuk tidak menjadikan utang sebagai sumber sentimen negatif.
"Jadi utang itu jangan dipakai untuk menciptakan sentimen negatif ke ekonomi kita. Karena dari standar nasional, dari standar internasional yang ada di mana-mana, kita cukup beda," katanya.
Meskipun secara rasio utang masih aman, Purbaya menegaskan komitmennya untuk mengurangi penerbitan utang semaksimal dan seoptimal mungkin. Terobosan yang akan dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan kualitas belanja.
Purbaya menekankan, jika pemerintah terpaksa berutang, penggunaannya harus maksimal, tanpa kebocoran, dan harus mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi.
"Ke depan kita akan cepat coba kontrol belanja pemerintah kita supaya lebih baik, sehingga yang enggak perlu-perlu, saya bisa mulai potong. Bukan berarti saya memotong program pemerintah, tapi saya memotong program-program yang tidak efisien, yang hanya memboroskan uang negara yang sebagian tadi diperoleh dari utang. Jadi akan kita ciptakan belanja yang lebih bertanggung jawab ke depan," pungkas Purbaya.
(Dani Jumadil Akhir)