JAKARTA - Danantara dinilai sebagai mitra strategis yang memahami kompleksitas dan visi industri nasional. Dalam hal ini, solusi yang diberikan Danantara kepada industri, diharapkan bisa memberikan nilai tambah dalam mendukung finansial dan produksi.
“Karena itulah kemitraan strategis antara Danantara dan industri bukan pilihan, tetapi wajib. Jadi, peran Danantara tidak hanya pasif tetapi aktif,” kata Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira di Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Bhima sependapat, kemitraan strategis Danantara merupakan pondasi untuk membangun ketahanan sektor industri dan manufaktur. Melalui kemitraan tersebut, diharapkan dapat mendorong efisiensi yang pada akhirnya berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Dan kemitraan strategis tersebut, menurut Bhima berlaku pada industri lain.
”Termasuk industri farmasi, industri yang berkaitan dengan pangan, dan baja. Itu semua bisa dilakukan karena bentuknya sebenarnya engineering untuk paket kinerja BUMN,” kata Bhima.
Dalam konteks kemitraan strategis itulah, Bhima sependapat, hubungan antara Danantara dan pelaku industri tidak sebagai transaksi bisnis semata. Misal dengan industri farmasi atau industri baja seperti Krakatau Steel, yang merupakan industri strategis nasional.
Memang, kata Bhima, salah satu bentuknya adalah penyertaan modal Danantara kepada industri, yang pada saatnya harus dikembalikan. Namun lebih dari itu, sebagai mitra strategis, Danantara juga memberikan pendampingan agar industri bisa memenuhi Key Performance Indicator (KPI).