JAKARTA - Temuan mencengangkan terungkap saat inspeksi Bea Cukai di Surabaya, sebuah mesin impor tercatat hanya bernilai USD7, padahal harga pasarannya mencapai puluhan juta rupiah. Indikasi praktik underinvoicing ini diduga kuat merugikan penerimaan negara dan memicu pengetatan pengawasan di lapangan.
Hal ini pun menjadi perhatian khusus Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Menkeu Purbaya mengungkapkan indikasi praktik underinvoicing yang merugikan penerimaan negara saat melakukan kunjungan kerja ke Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean (KPPBCTMP) Tanjung Perak dan Kantor Balai Laboratorium Bea dan Cukai (KBLBC) Kelas II Surabaya.
Purbaya mengungkapkan temuannya yang mencolok pada barang berupa mesin impor. Harga mesin tersebut dicantumkan hanya sebesar USD7 (sekitar Rp117.117 dengan asumsi kurs USD1/Rp16.730). Padahal, saat dicek di marketplace, harga pasar mesin serupa mencapai Rp40–50 juta.
"Pemeriksaan kontainer bagus hasilnya. Waktu periksa kontainer ada yang menarik, harganya kayak murahan. Masa harga barang sebagus itu cuma USD7, di marketplace Rp40–50 juta. Nanti dicek lagi," ujar Purbaya.
Underinvoicing adalah praktik melaporkan nilai faktur barang atau jasa impor lebih rendah dari harga sebenarnya, bertujuan mengurangi pembayaran bea masuk dan pajak impor.
Dalam kunjungan tersebut, Purbaya juga memantau pengoperasian alat pemeriksaan peti kemas (container scanner) yang baru dipasang dua minggu sebelumnya. Ia menilai pelaksanaan di lapangan sudah berjalan baik, meskipun belum sempurna.
"Lab kita bagus. Tadi saya bilang ke teman-teman di lab, kalau ada kurang peralatan, bilang biar bisa dilengkapi. Tadi juga saya melihat pengoperasian container scanner yang baru dua minggu dipasang, lumayan bagus walau belum sempurna," ungkap Purbaya.
Purbaya menjelaskan bahwa pemasangan container scanner bertujuan mempercepat kemampuan pengecekan Bea Cukai.
Selain itu, ia memastikan bahwa data hasil pemeriksaan di daerah nantinya akan terhubung langsung ke kantor pusat di Jakarta melalui basis teknologi informasi.
"Nanti kan IT-based. Saya akan tarik ke Jakarta biar orang Jakarta bisa melihat apa yang terjadi di lapangan," kata dia.
(Feby Novalius)