Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Balapan di Jalur Pelat Merah (1)

Pamor Bank BRI di Atas Angin

Trust , Jurnalis-Selasa, 18 Desember 2007 |10:59 WIB
Pamor Bank BRI di Atas Angin
A
A
A

JAKARTA - Sebuah kejutan terjadi akhir September silam. BRI mampu menggeser posisi BNI sebagai bank ketiga terbesar. Prestasi itu tak ayal membuat posisi Sofyan Basyir makin kokoh. Sebaliknya, nasib Sigit Pramono justru di ujung tanduk. Isu pergantian direksi pun muncul ke permukaan.

Gatot Suwondo, sang ipar Presiden, dikabarkan bakal menjadi nakhoda baru BNI. Seorang anggota parlemen bilang, ada dua isu yang bakal dipakai melengserkan Sigit. Pertama, isu tergesernya posisi BNI oleh BRI.

Kedua, soal kinerja BNI yang tak memuaskan. Itu tecermin dari harga sahamnya yang tak kunjung naik. Akankah pergantian itu benar-benar terjadi?

Sofyan Basyir kini bisa menepuk dada. Hanya dalam dua tahun sejak menggantikan Rudjito, BRI dibawanya sebagai bank terbesar nomor tiga di Indonesia. Ini jelas sebuah prestasi besar. Maklum, selama ini mereka selalu berada di bawah bayang-bayang Bank Mandiri dan BNI.

Dengan menggeser posisi BNI, Sofyan tentu bakal mendapat kredit poin dari pemegang saham. "Prestasi itu membuat posisinya makin kokoh di BRI," kata seorang pejabat di Kementerian BUMN.

Sebagai informasi, sejak September lalu, BRI berhasil menggusur BNI dari posisi tiga bank dengan aset dan dana pihak ketiga (DPK) terbesar di Indonesia. Prestasi ini makin melengkapi dominasi BRI terhadap BNI.

Sebelumnya, BRI selalu lebih unggul dalam hal kredit dan laba bersih, namun aset dan DPK-nya selalu di belakang BNI.  Lantas apa yang membuat pamor BRI meningkat? Menurut Sofyan, ada beberapa faktor yang membuat perusahaannya dapat mengungguli BNI.

Pertama, keputusan manajemen untuk masuk ke sektor konsumer dinilai tepat. Karena difokuskan untuk pasar Jabodetabek yang berkantong tebal produk tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan dana masyarakat.

Faktor kedua terkait penunjukan BRI sebagai Treasury Single Account (TSA) oleh pemerintah. Kontraknya berlaku selama tiga tahun hingga Oktober 2010. Sebagai TSA, maka setiap belanja dan pengeluaran negara harus melalui BRI.

Sofyan menuturkan, aliran dana pemerintah tersebut, memang, tidak mengendap di rekening BRI. Namun, dampaknya tetap terasa bagi aktivitas bisnis perseroan. Saat ini dari total 172 Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di Indonesia, 168 di antaranya menggunakan jasa BRI. Selama dua bulan terakhir, aliran dana yang masuk melalui BRI mencapai Rp20 triliun.

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement