Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Menilik Rapor Bankir BUMN (4)

Kodradi, Bankir Paling Kuat

Trust , Jurnalis-Selasa, 18 Desember 2007 |16:51 WIB
Kodradi, Bankir Paling Kuat
A
A
A

JAKARTA - Di antara direksi bank BUMN, Kodradi merupakan orang paling kuat. Bayangkan saja, selama tujuh tahun wong Semarang ini anteng mengendalikan Bank Tabungan Negara (BTN).

Bahkan, kendati sudah pensiun dua tahun lalu, pemegang saham masih saja mempertahankan bankir gaek ini. Hasilnya? Cukup baik. Ketika Kodradi ditunjuk menjadi nakhoda BTN, kondisi bank yang fokus pada sektor perumahan ini nyaris kolaps.

Bahkan di akhir pada 2000, BTN mencatat rugi bersih Rp1,4 triliun. Beruntung, manajemen mampu keluar dari persoalan besar tersebut. Perlahan tapi pasti, BTN bisa mengembangkan usahanya dengan lancar. Sampai akhir 2005, aset perusahaan telah tumbuh 39 persen dibandingkan pada 2000.

Kredit yang disalurkan BTN juga terus meningkat. September silam, nilainya mencapai Rp20,7 triliun, naik sekitar 15 persen dibandingkan akhir 2006. Berkat penetrasi kredit tersebut, dalam sembilan bulan BTN sudah mampu menjaring laba senilai Rp 312 miliar.

Kodradi mengatakan, sampai akhir tahun BTN bakal menyalurkan kredit senilai Rp7,9 triliun atau di atas target sebesar Rp7,8 triliun. "Tahun depan kami proyeksikan kredit bisa mencapai Rp 10,4 triliun," ungkapnya.

Sebagai bank perumahan, BTN tetap berkomitmen untuk membiayai rumah sederhana sehat (RSH). Tahun ini, total RSH yang dibiayai BTN diproyeksikan mencapai 100 ribu unit dan akan meningkat menjadi 125 ribu unit di 2008.

Itu bukan berarti BTN melupakan pasar yang lain. Untuk KPR komersial alokasi kreditnya sebesar Rp1,8 triliun, lantas kredit pendukung perumahan Rp1,8 triliun, dan kredit konstruksi Rp1,7 triliun.

Bagaimana sumber pembiayaannya? Ini memang yang menjadi masalah. Ketergantungan yang tinggi terhadap obligasi, membuat margin BTN menjadi sangat tipis. Faktor ini pula yang menjadi salah satu alasan munculnya rencana penggabungan BTN dengan BNI atau BRI. Tapi, kata Kodradi, perusahaannya sudah menyiapkan sumber dana untuk membiayai kredit.

Sekitar Rp 1 triliun dari penerbitan obligasi, Rp 4 triliun dari pelunasan kredit, dan Rp500 miliar dari sekuritisasi aset oleh PT Sarana Multigriya Financial (SMF). Sisanya, sebesar Rp2-2,5 triliun akan diperoleh dari privatisasi dan dana masyarakat.

Lantas sampai kapan Kodradi berkuasa? Parikesit Soeprapto, Deputi Meneg Bidang Jasa Perbankan, mengatakan, Kementerian BUMN sudah menyerahkan delapan nama ke BI. "Mayoritas berasal dari internal BTN," imbuhnya.

Parikesit menambahkan, jika fit and proper test dari BI sudah kelar, pemegang saham akan segera menunjuk pengganti Kodradi. "Sebelum matahari 2008 muncul, direksi baru BTN sudah ada," jelasnya.

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement