JAKARTA - PT Surya Intrindo Makmur Tbk (SIMM) memiliki utang kepada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencapai Rp47,323 miliar. Utang tersebut terdiri dari utang bank sebesar USD4 juta yang akan jatuh tempo per 1 Maret 2009. Sedangkan sisanya akan diangsur hingga Agustus 2013.
"Utang Bank sebesar Rp47,323 miliar, terdiri dari utang jatuh tempo USD4 juta per 1 Maret 2009. Sisanya sebesar Rp9,344 miliar harus diangsur sampai dengan Agustus tahun 2013, dan hanya sisanya sebesar Rp466,666 juta yang harus diangsur per bulan sampai dengan September 2009," ungkap Sekretaris Perusahaan SIMM Heranita Cintya, dalam keterbukaan informasi di BEI, Jakarta, Rabu, (21/1/2009).
Dia menjelaskan, rencana pelunasan kewajiban jatuh tempo tersebut, masih memperhatikan kondisi keuangan saat ini. Perseroan juga berencana untuk mengajukan perpanjangan jatuh tempo utang.
"Perseroan juga memiliki utang pembelian bahan kepada supplier sebesar Rp14,081 miliar. Utang ini akan kami lunasi sesuai dengan komitmen," ujar Heranita.
Selain utang dengan BMRI dan supplier, perseroan juga memiliki utang sebesar Rp521,890 juta. Utang tersebut terdiri dari piutang karyawan sebesar Rp33,802 juta, piutang astek sebesar Rp37,461 juta, piutang MCI sebesar Rp18,339 juta dan lain-lainnya sebesar Rp464,708 juta.
Utang lain-lain, tambahnya sebesar Rp155,870 juta terdiri atas utang angsuran kendaraan kepada Astra Credit Company sebesar Rp52 juta dan kepada PT bank Central Asia Finance sebesar Rp103,870 juta.
Selanjutnya, hingga akhir September 2008 terjadi stok yang muncul karena pembatalan senilai Rp55,154 juta. Sebagian besar daripadanya masih merupakan barang dalam proses.
Atas persediaan ini, sedang kami usahakan untuk penyelesaian. Kesulitan yang dihadapi perseroan adalah sebagian besar masih perlu biaya penyelesaian yang tidak sedikit. "Kami ada kemungkinan menjajaki penjualan, bila ada pihak yang berminat dengan syarat yang pantas," tutupnya.
Sebelumnya, Perusahaan alas kaki ini telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 1.800 karyawan, akibat berkurangnya order karena terkena dampak krisis finansial global.
Produk perusahaan sebesar 90 persen dijual ke Eropa dan sisanya Asia. Namun akibat krisis finansial yang melanda order produk perseroan menurun drastis karena tingginya tingkat pembatalan order yang semula sudah masuk sekitar 80 persen.
Pada perdagangan IHSG hingga penutupan sesi kedua, kode emiten SIMM stagnan pada posisi Rp145 per lembar sahamnya.
(Rani Hardjanti)