JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak stabil di level Rp8.900 per USD.
"Pergerakan rupiah masih akan stabil kisarannya Rp8.950-Rp8.990 per USD," kata Treasury Analyst Telkom Sigma Rahadyo Anggoro, di Jakarta, Selasa (31/1/2012).
Dia menuturkan, pergerakan rupiah yang relatif stabil tersebut masih dikarenakan campur Bank Indonesia (BI) yang terus melakukan intervensi.
"BI akan terus melakukan intervensi untuk menjaganya di bawah Rp9.000 per USD," imbuhnya.
Pelaku pasar mencermati data inflasi yang akan keluar awal Februari. Diprediksi, inflasi pada Januari akan lebih rendah dibanding dengan lima tahun terakhir. "Dan diprediksi inflasi ini akan memberikan sentimen positif bagi pergerakan rupiah," katanya lagi.
Sementara faktor eksternal, sentimen saat ini berimbang antara kondisi di Eropa dan AS. Adapun kondisi di Eropa, karena Fitch menurunkan rating sejumlah negara Eropa seperti Italia, Slovakia, dan sejumlah negara lain. Uni Eropa juga melakukan intervensi terhadap perpajakan dan belanja negara. "Hal ini berdasarkan usul dari Jerman," tandasnya.
Sehingga, dari paparan kondisi eksternal dan internal tersebut, BI dipastikan akan terus melakukan intervensi terhadap rupiah dikisaran Rp8.975 per USD.
Sebagaimana diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak flat. Baik dalam negeri maupun luar negeri nampak memberikan dorongan positif.
Menurut kurs tengah BI nilai tukar rupiah bercokol di kisaran Rp8.985 per USD, dengan range perdagangan Rp8.940-Rp9.030 per USD. Sementara mengutip yahoofinance, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp8.997 per USD, dengan rata-rata perdagangan Rp8.965-Rp9.015 per USD.