JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah tipis, data inflasi Januari di kisaran 0,76 persen nampaknya belum mampu membawa rupiah menguat.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah berada pada level Rp9.022 per USD, dengan range perdagangan Rp8.977-Rp9.067 per USD. Sementara, menurut yahoofinance rupiah berada pada level Rp9.022 per USD, dengan range perdagangan Rp8.985-Rp9.035 per USD.
Menurut Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih, walaupun pasar AS masih melemah. Sentimen global cenderung negatif terkait Yunani dan perlambatan data ekonomi AS. "Kemungkinan pasar Asia akan terkoreksi dan rupiah melemah menuju kisaran antara Rp9.000-Rp9.020 per USD," ungkap dia dalam riset hariannya, Rabu (1/2/2012).
Sedangkan analis valuta asing David Sumual mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar diprediksi bergerak stabil di tengah investor yang menunggu pengumuman inflasi Januari.
Diketahui, pengumuman inflasi merupakan hal yang ditunggu oleh pelaku pasar. Sebab jika inflasi ternyata lebih rendah dibanding sebelumnya, rupiah bisa menguat meskipun tipis. "Nanti akan dilihat juga apakah BI rate akan turun atau tetap," imbuhnya.
Faktor dalam negeri yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah jika dilihat dari kondisi internal, pelaku pasar memperkirakan jika inflasi Januari akan berada di level 0,7 sampai satu persen. Yang artinya angka tersebut lebih tinggi dibanding periode sebelumnya.
Selanjutnya, faktor eksternal, investor masih menunggu KTT Uni Eropa Senin lalu. Pembahasan dalam KTT tersebut di antaranya adalah penggunaan dana 20 miliar euro atau USD26,4 miliar yang tujuannya untuk menciptakan lapangan kerja dan UKM. (mrt)
(Rani Hardjanti)