JAKARTA - Kecemasan investor yang menanti hasil pertemuan Uni Eropa, diprediksi membuat nilai tukar rupiah stagnan di kisaran Rp9.435-Rp9.445 per USD. Investor nampaknya akan berhati-hati dalam melakukan perdagangan.
Selain itu dari dalam negeri kecemasan investor terhadap krisis utang Eropa sudah menyebabkan investor asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia.
"Rupiah akan berada di level Rp9.435-Rp9.445 per USD," kata analis valuta asing, Rully Nova, di Jakarta, Rabu (27/6/2012).
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, nilai saham yang dilepas investor asing mencapai USD21 juta. "Sebelumnya, nilai net sell asing pada 22 Juni lalu mencapai USD49 juta. Pergerakan rupiah saat ini masih dipengaruhi oleh perkembangan situasi Eropa," jelas dia.
Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup stagnan di level Rp9.435-Rp9.445 per USD. Pergerakan rupiah hari ini dipicu oleh masih ambigunya harapan pasar yang berkembang jelang pertemuan puncak Uni Eropa, yang akan dilakukan pada Kamis 28 Juni.
"Kondisi itu diperparah oleh memburuknya sentimen dari zona euro, setelah lelang obligasi Spanyol yang menunjukkan kenaikan yield hari ini. Yield obligasi Spanyol untuk tenor tiga bulan mengalami lonjakan menjadi 2,5 persen, dari yield pada lelang sebelumnya 0,879 persen yang jadi pertanda cemasnya pasar," kata Rully.
"Pada saat yang sama, pasar juga mendapat tekanan negatif setelah negara Cyprus mengajukan bailout ke Uni Eropa dan Moody's Investor Service telah men-downgrade 28 bank di Spanyol," tambah dia.
Sementara sentiment positif datang dari pernyataan Menteri Perdagangan China, yang optimistis mencapai target perdagangannya. "Begitu juga dengan positifnya data indeks kepercayaan konsumen Jerman. Indeks Kepercayaan Konsumen Jerman dirilis naik ke 5,8, dari prediksi 5,6 dan angka sebelumnya 5,7," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)