“Belum lagi kita misalkan punya anak buah dari berbagai bangsa, enggak gampang itu. Pertama bahasanya beda, budaya beda, cara kerjanya juga beda, sehingga itulah kerumitan bekerja di lembaga internasional, dan juga kita harus menngurusi beberapa negara yangg tidak familiar sama sekali sebelumnya,” katanya.
“Kalau di Indonesia, apapun sulitnya ini masih Indonesia, kalau di sana kita mikirin di situ ada Maroko sama UEA beda, Iran beda lagi pendekatannya. Jadi kita harus bertindak setengah diplomat di situ harus mengerti diplomasi lah, tidak harus jadi diplomat benar. Harus mengerti diplomasi karena kita menghadapi dari negara yang bersangkutan,” jelas dia.
Meki demikian, dia mengungkapkan Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup dipandang. Pasalnya, meskipun defisit neraca berjalan besar, tapi mereka percaya ke depan prospek Indonesia masih bagus.
“Jadi mereka punya kepercayaan tinggi. Nah di antara negara-negara pas saya kerja di ABD, Indonesia sudah masuk di salah satu topnya karena negara G20 dari ADB cuma tiga, Indonesia, Turki, sama Arab Saudi dan yang demokrasi hanya Indonesia dan Turki, jadi kita sangat direspek lah untuk kelompok negara itu,” tutup dia.
(Rizkie Fauzian)