Selain merusak lingkungan, dirinya mengatakan kapal tersebut membayar retribusi kecil. Padahal hasil yang mereka keruk dari laut Indonesia sangatlah besar.
"Ikan tongkol paling murah USD 1, mereka melaut semalam minimal dapat 10 ton. Dalam satu tahun mereka berlayar 200 hari, itu USD 2,4 juta atau setara Rp29 Miliar," ujarnya.
Apalagi, lanjut Susi, kapal asing juga meraup keuntungan karena kelicikannya memegang empat izin. Mereka bisa berganti bendera seenaknya dan dengan mudah pulang ke negara mereka tanpa melaporkan atau membayar izin banyak.
"Ini manipulasi luar biasa. we dont get anything, ini konyol," ujarnya.
(Fakhri Rezy)