JAKARTA - Pasar Tanah Abang sangat tersohor se-Asia Tenggara. Namun siapa sangka pusat grosir tersebut dahulu hanyalah pangkalan perang Mataram?
Eksistensi Pasar Tanah Abang memang sudah ada sejak zaman Belanda. Untuk itu, kompleks Pasar Tanah Abang merupakan salah satu objek sejarah di Ibu Kota. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti asal nama Tanah Abang, karena belum ada sumber sejarah tertulis mengenai penemuan nama tersebut.
Merujuk pada buku 250 Tahun Pasar Tanah Abang yang diterbitkan PD Pasar Jaya pada 1982, Tanah Abang tidak terlepas dari sejarah Kota Jakarta. Nama Tanah Abang mulai disebut-sebut pada pertengahan abad ke-17, sehingga banyak orang memperkirakan nama itu berasal dari tentara Mataram yang menyerang VOC pada 1628.
Seperti dikutip blokbtanahabang.com, Kamis (8/1/2015), tentara Mataram, tidak hanya melancarkan serangan dari arah lautan, namun juga mengepung kota dari arah selatan. Tentara Mataram menggunakan Tanah Abang sebagai pangkalan karena konturnya yang berbukit-bukit dengan genangan rawa-rawa di sekitarnya, yang mengalir ke Kali Krukut. Kawasan itu bertanah merah, atau abang dalam bahasa Jawa. Diperkirakan dari sana nama itu muncul.
Dalam versi lain Tanah Abang berasal dari kata Nabang. Nabang adalah sejenis pohon Palem, karena dulu di daerah ini banyak pohon palem. Orang Belanda menyebutnya ‘De Nabang'. Orang Betawi menyebutnya Tenabang, jadilah sekarang Tanah Abang. Ada juga asal Tanah Abang dari kata ‘Tanahnya si abang’ (kakak).
Referensi lain menyebutkan, nama Tanah Abang resmi digunakan setelah Jawatan Kereta Api membangun stasiun kereta api di tahun 1890. Stasiun itu kemudian diberi nama Tanah Abang, bukan Tenabang (dari De Nabang, nama sejenis pohon yang banyak tumbuh di daerah itu) seperti yang selalu disebutkan warga kala itu.
Setelah terjadi kebakaran pada tahun 2003, hampir seluruh kios-kios di pasar Tanah-abang hangus terbakar. Sisa bangunan yang masih berdiri tinggal Blok B, C dan D, sedangkan blok A sudah tidak layak pakai lagi langsung dirobohkan. Kemudian setahun kemudian menyusul Blok B, C, dan D yang pondasinya juga sudah tidak kuat lagi juga di robohkan. Di tempat inilah mulai didirikan Blok A yang selesai pada tahun 2005, dan Blok B yang selesai sebelum akhir tahun 2010. Pasar Blok A dan B kini sudah merupakan pasar modern yang menyerupai mal-mal lain, full AC, parkir luas dan gedung bertingkat tinggi dengan mengedepankan faktor kenyamanan dan keamanan dan menjadi pusat Grosir terbesar dan terlengkap se-Asia Tenggara.
(Fakhri Rezy)