Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Depresiasi Rupiah Kekang Bank Indonesia

Depresiasi Rupiah Kekang Bank Indonesia
Gedung Bank Indonesia. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Rupiah pada Senin kemarin menembus level terendah dalam 17 tahun terakhir dan membatasi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan.

Banyak ekonom merasa bank sentral takkan mengubah BI Rate menyusul depresiasi rupiah sebesar 6 persen tahun ini dan 2 persen pekan lalu.

Meski pertumbuhan ekonomi melambat, pemerintah mengkhawatirkan arus modal keluar akibat rencana bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga jangka pendek dalam waktu dekat.

Keputusan mengejutkan bank sentral untuk memangkas suku bunga pada Februari mendorong pemodal untuk menarik dana, yang pada gilirannya menekan rupiah.

 

Asing menggelontorkan modal ke dalam negeri pada beberapa tahun terakhir demi menyasar imbal hasil. Sekitar 40 persen surat utang berdenominasi rupiah dimiliki oleh pemodal asing. Bank Indonesia kini cemas atas kemungkinan penarikan dana itu.

“Pemangkasan suku bunga dalam kondisi seperti ini dapat semakin membuat mata uang bergejolak,” ujar Su Sian Lim, ekonom HSBC.

Sejumlah negara Asia dari Cina hingga Korea Selatan dan Thailand telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan demi mendongkrak pertumbuhan dan ekspor.

Pemerintah Indonesia mengikuti langkah tersebut pada Februari, namun berujung buruk. Rupiah pun tertekan oleh besarnya defisit transaksi berjalan.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pada Jumat mengatakan bank sentral takkan mengubah posisinya dan mengguyur pasar dengan dolar demi mengurangi volatilitas rupiah.

Perekonomian Indonesia yang bergantung pada ekspor komoditas menjadi korban dari anjloknya harga batubara dan minyak sawit dunia. Harapannya, ekonomi akan tumbuh sedikit di atas 5 persen tahun ini.

Merosotnya rupiah dapat membawa berkah bagi Indonesia pada jangka panjang dengan menciptakan lapangan kerja di sektor manufaktur barang ekspor. Impor juga diharapkan dapat ditekan.

Data perdagangan yang dirilis pada Senin menunjukkan bahwa pada Februari Indonesia membukukan surplus perdagangan sebesar $738 juta, tiga bulan berturut-turut dalam teritori positif.

Ekspor turun 16 persen year-over-year dan sebagian besar dipicu oleh turunnya harga komoditas. Pada saat bersamaan, impor turun dengan jumlah sama karena konsumen dan perusahaan membatasi pembelian barang asing menyusul pelemahan rupiah.

More In Ekonomi & Bisnis

Namun, pemerintah masih meramalkan masih akan terciptanya defisit transaksi berjalan sebesar 3 persen dari produk domestik bruto tahun ini.

Itu sebagian terjadi karena perusahaan asing yang berkantor di Indonesia memulangkan laba ke negeri asalnya dengan mengkhawatirkan gejolak rupiah.

Pemerintah telah menyiratkan akan diambilnya sejumlah tindakan untuk memerangi dana keluar seperti pemotongan pajak bagi perusahaan yang kembali menginvestasikan laba ke Indonesia.

Bagaimanapun, dampak dari langkah tersebut “takkan banyak berpengaruh dalam jangka pendek,” ujar ekonom OCBC, Wellian Wiranto. (Oleh Ben Otto)

Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Wall Street Journal.

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement