"Perolehan devisa tersebut juga meningkat 7,39 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (Februari 2014) yang meraup devisa sebesar USD915.571," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Sabtu (25/4/2015).
Dia mengatakan, dagangan serupa hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali selama 2014 menghasilkan devisa sebesar USD3,64 juta, meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya tercatat USD1,44 juta.
Namun dari segi volume, ekspor tersebut mengalami pelemahan 47,77 persen dari 1,44 juta unit pada 2013 menjadi hanya 753.219 unit pada 2014.
Menurutnya, komoditas anyaman hasil industri kerajinan skala rumah tangga paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni mencapai 20,25 persen, menyusul Jepang 15,69 persen, Singapura 0,17 persen, Australia 2,91 persen dan Prancis 10,52 persen.
Selain itu, ekspor juga ditujukan pada pasar Spanyol 9,58 persen, Hong Kong 9,21 persen, Italia 4,03 persen, Inggris 1,87 persen, Belanda 2,01 persen dan sisanya 23,75 persen diserap berbagai negara lainnya.
Salah satu eksportir aneka kerajinan bambu di Ubud, Made Sudiana, menjelaskan bahwa aneka kerajinan buatan masyarakat Bali seperti perabotan rumah tangga dari anyaman bambu yang dipadukan dengan rotan, sumpit yang dibuat dengan artistik dari bahan baku kayu hitam yang dilapisi perak berukir khas Bali, telah menembus pasaran ekspor.
Selain itu, terdapat juga aneka jenis patung yang unik, khas dan menarik yang dibuat dari akar bambu menambah pesatnya perolehan devisa, karena karya seni itu sangat diminati pencinta seni di mancanegara.
Menurutnya, soal harga tidak terlalu masalah bagi konsumen luar negeri, khususnya asal Jepang yang banyak membeli jenis mata dagangan itu, yang penting barang dibuat dalam bentuk praktis dengan mengikuti pola hidup masyarakat yang mengutamakan masalah mutu.
(Martin Bagya Kertiyasa)