Ekonom Senior Indef Didin S Damanhuri mengatakan, terpuruknya Rupiah bukan hanya dipengaruhi faktor eksternal. Dia menyebutkan, stimulus moneter yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan rencana kenaikan suku bunga The Fed memang mempengaruhi, namun ada yang lain.
"Rupiah terpuruk juga karena pemberlakuan Rezim devisa bebas yang sudah tidak relevan," ungkapnya di Kawasan Kalibata, Rabu (10/6/2015).
Menurutnya, rezim devisa bebas merupakan perilaku eksportir yang menyimpan hasil ekspornya di luar negeri. Sehingga, devisa hasil ekspor yang di simpan di luar negeri tidak bisa memperkuat likuditas keuangan dalam negeri.
"Padahal dengan devisa hasil ekspor USD150 miliar cukup untuk membuat rupiah berada di bawah Rp11.000 per USD," ucapnya.
Untuk itu, pemerintah harus menghapuskan rezim devisa bebas untuk memperkuat likuiditas dolar di dalam negeri.
"Devisa hasil ekspor bisa kuatkan rupiah kalau Indonesia melakukan seperti yang dilakukan di India, Brasil yang mewajibkan hasil devisa impor disimpan di bank nasional," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)