"Kita sudah tegerus 15–18 persen, indikasi perdagangan kita. Tapi di kuartal II memang terbantu Idul Fitri. Tapi, bukan karena mereka berbelanja seperti biasa. Itu karena ada THR. Konsumen berbelanja karena ada kelebihan uang," jelas dia.
Sedangkan, lanjut dia, pada semester I secara keseluruhan, konsumen menahan belanja akibat situasi ekonomi sedang tidak signifikan di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.
"Sehingga, konsumen lebih smart. Mereka menunda atau men-delay. Itulah yang membuat pertumbuhan tergerus di semester I. Idul Fitri terbantu. Setelah itu turun lagi," tandas dia.
(Fakhri Rezy)