"Indonesia adalah negara maritim, dan memiliki banyak rumput laut. Ini harus dikembangkan," kata Direktur Utama PJB Mulyo Adji dalam jumpa pers di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (15/10/2015).
Lebih lanjut dia menjelaskan, dari pengembangan potensi pada saat ini, diprediksikan penelitian, mampu menghasilkan energi sebesar 10 megawatt. "Secara teknis ini adalah pembangkit listrik tenaga bio gas, namun bahan dasar pembangkit listrik tersebut adalah rumput laut," katanya.
Menurutnya, tempat pengembangan pada saat ini masih di daerah Minahasa Selatan dan Sumenep, sebelum kemudian dilanjutkan di daerah-daerah lainnya. Pengembangan ini, berdasarkan nilai efisiensi untuk memangkas distribusi serta penggalian potensi energi terbarukan.
"Daripada harus mengangkut batu bara ke daerah-daerah, atau minyak ke berbagai penjuru sebagai pembangkit energi, cara ini adalah paling efisien," katanya.
Pengembangan dari pembangkit energi terbarukan adalah bagian dari target pemerintah di mana pada 2025 sebanyak 30 persen energi listrik, berasal dari energi terbarukan, agar setiap daerah di Indonesia mampu merasakan manfaat listrik.
Selain itu, dia mengatakan sebaiknya pemerintah mewajibkan setiap gedung-gedung bertingkat agar diberikan panel surya. "Jika setiap atap gedung diberikan panel surya, maka banyak sekali penghematan yang bisa dilakukan, seperti di kota-kota besar di Amerika hal ini sudah dilakukan dan cukup efisien," katanya.
Namun, untuk merealisasikan kebijakan tersebut, dibutuhkan banyak biaya lantaran bahan baku panel surya yang harus didatangkan melalui proses impor. "Ketika Indonesia sudah bisa memproduksi panel surya sendiri, itu adalah cara yang bagus untuk memaksimalkan penghematan anggaran energi," tambahnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)