JAKARTA - Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan menurunkan suku bunga acuan. ECB memangkas suku bunga operasi pembiayaan sebesar lima basis poin ke tingkat terendah nol persen.
Namun apa alasan ECP memangkas suku bunga?
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, ECP memangkas suku bunga lantaran kebingungan. Pasalnya, di negara kawasan Eropa telah mengalami deflasi berkepanjangan.
"Mereka itu malah kebingungan karena di sana yang terjadi bukan inflasi tapi deflasi yang berkepanjangan, deflasi itu artinya harga turun enggak naik-naik," kata Mirza di Komplek BI, Jumat (11/3/2016).
Kondisi ini, lanjutnya, membuat masyarakat berpikir kalau penurunan harga akan terus terjadi sehingga masyarakat menunda konsumsinya. Di sisi lain, hal itu membuat produsen enggan untuk berproduksi.
"Itu yang terjadi di Eropa, Jepang, kemudian yang mereka lakukan adalah stimulus moneter, kembali lagi stimulus moneter, sudah dilakukan beberapa tahun sistem ekonominya di gelontorkan uang lah gitu suku bunga diturunkan sampai negatif dengan harapan perbankannya mau menyalurkan kredit," imbuh dia.
Namun sayangnya, permasalahan di Eropa adalah harga barang yang cenderung turun membuat produsen malas berproduksi dan berdampak pada permintaan kredit.
"Permasalahan di Eropa dan Jepang adalah perbankannya mau menyalurkan kredit tapi permintaannya tidak terjadi, karena konsumen melihat harga akan turun terus sehingga mereka tidak melakukan konsumsi dan produsen jadi tidak produksi dan tidak memerlukan kredit," cetusnya.
Sebelumnya, Dewan Gubernur ECB mengejutkan pasar keuangan global dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan secara dramatis. ECB memutuskan untuk memangkas sejumlah suku bunga dan memperluas program pembelian aset.
Suku bunga untuk fasilitas pinjaman marjinal akan mengalami penurunan sebesar lima basis poin menjadi 0,25 persen dan suku bunga fasilitas deposito akan menurun 10 basis poin menjadi minus 0,4 persen, mulai dari 16 Maret 2016.
(Fakhri Rezy)