Dampak dari pemalsuan lebih besar bagi negara-negara kaya, di mana sebagian besar perusahaan membuat barang bermerek berdasarkan akan keinginan, dengan Uni Eropa mengimpor hingga 5 persen palsu pada 2013, atau sebanyak USD 116 milar.
Think-tank yang berbasis di Paris mengatakan China muncul sebagai produsen terbesar produk palsu, tetapi bahwa hak kekayaan intelektual dari perusahaan China juga telah sering dilanggar.
OECD menyebutkan pasca-keuangan kebangkitan krisis dalam perdagangan, munculnya rantai nilai mengglobal dan booming e-commerce sebagai alasan untuk kenaikan dalam perdagangan barang bajakan sejak tahun 2008.
(Fakhri Rezy)