MEDAN - Provinsi Sumatera Utara (Sumut) masuk peringkat kelima nasional produksi ubi kayu terbesar setelah Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Produksi sebanyak 1.619.495 ton tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam daerah dan daerah-daerah lain. “Daerah sentra produksi ubi kayu di Deliserdang, Serdang Bedagai, Langkat, dan Simalungun dengan luas lahan 47.837 hektare (ha) dan produktivitas 338,54 kuintal per ha,” kata Kepala Sub program Dinas Pertanian Sumut, Marino, di Medan, Kamis (21/4).
Marino menyebutkan, untuk prognosa 2016, target produksi ubi kayu menurun sebesar 1.594.984 ton dengan luas panen 47.164 ha dan produktivitas 338,18 kuintal/ha. Sampai saat ini, ubi kayu masih salah satu komoditas unggulan di Sumut. Pengamat pertanian, Syahri Syawal Harahap, menuturkan, potensi pengembangan komoditas ubi kayu cukup bagus di Sumut. Namun sayangnya pabrikan pengelolaan ubi kayu kecil.
Serapan paling tinggi hanya untuk pengolahan tepung tapioka dan pengolahan besar hanya di Tanjung Morawa, Sei Rampah, dan Simalungun. “Padahal, jika diolah menjadi etanol, serapannya akan semakin baik karena pengolahannya memakan bahan cukup besar,” tuturnya.
Saat ada pengembangan besaran-besaran untuk lahan ubi kayu, maka harganya pun murah. Untuk itu, pemerintah perlu mencari investor guna menambah tambah industri yang mengolah ubi kayu menjadi etanol supaya serapan ubi kayu besar dan harganya membaik. “Kalau harga membaik, petani semakin semangat menanam ubi kayu,” ucapnya.
(Rani Hardjanti)