JAKARTA - Sikap pemerintah dalam menjaga produksi minyak dan gas (migas) nasional dianggap masih belum sempurna. Indonesia dapat dikatakan masih ketergantungan pada impor yang begitu besar.
Hal tersebut diungkapkan Mantan Menteri ESDM Sudirman Said dalam Forum Diskusi Ketahaan Energi untuk Masa Depan Indonesia di Jakarta, Sabtu (24/9/2016).
Sudirman menyebutkan, gap antara kebutuhan dengan produksi semakin besar. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia mencapai 1,5 juta barel per hari (bph). Namun, produksi migas di dalam negeri hanya mampu sebesar 800 bph.
"Energi makin hari gap-nya semakin lebar. Betapa seringnya kita terperangkap pada cara pandang dan sikap kerja yang gampang," kata Sudirman.
Sudirman menceritakan, pada masa Susilo Bambang Yudhoyono memimpin Indonesia, setidaknya pemerintah menghabiskan dana Rp100 triliun untuk melakukan impor alat utama sistem persenjataan (alutista), dan hanya Rp20 triliun belanja alutsista yang masuk ke industri dalam negeri.