Setelah meninggal, Budi bersama kakaknya Michael Bambang Hartono, melanjutkan usaha tersebut. Berkat tangan dingin keduanya, Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya.
Pada 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada 1981. Di tangan dua bersaudara Hartono tersebut, Djarum bertumbuh menjadi perusahaan raksasa, bahkan mengekspor rokok mereka hingga Amerika Serikat.
Namun, pada 2009 Djarum dan beberapa rokok kretek lainnya dilarang di Amerika Serika, lantaran adanya Dos Hermanos, sebuah cerutu premium pencampuran tembakau Brasil dan Indonesia. Di Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 miliar batang per tahun atau 20% dari total produksi nasional.
Selain Djarum, BUdi dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia (BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 % saham BCA. Tidak hanya perbankan, Budi Hartono juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak 2008.
Budi juga memiliki sejumlah properti di antaranya Grand Indonesia dan perusahaan elektronik, Polytron, yang sudah telah beroperasi di Indonsia lebih dari 30 tahun.