Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Memilih Kepala Daerah ala Investor

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 29 Januari 2017 |14:04 WIB
Memilih Kepala Daerah ala Investor
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

Ini adalah kecenderungan investor mencari konfirmasi atas apa yang sudah diyakininya, lalu mengolah informasi yang mendukung keyakinannya. Sama halnya dengan pilkada, pemilih yang telah “jatuh cinta” pada calon tertentu hanya mau mendengar hal-hal positif tentang jagonya. Padahal, seperti dinyatakan oleh Earth, Wind & Fire , “After the love has gone, what used to be right is wrong...“ Dalam membuat keputusan, investor juga mudah dijangkiti anchoring bias, yaitu tendensi untuk terlalu mengandalkan sebuah patokan atau anchor (bisa berupa angka atau informasi).

Di pasar modal, pernyataan para analis saham tentang support dan resistance level akan membuat anchor di benak investor. Akibatnya, mereka akan mengambil keputusan jual atau beli berdasarkan angka patokan tersebut. Pada pilkada, positioning yang kuat dari calon akan membentuk anchor di benak pemilih. Tanpa perlu mengetahui lebih jauh tentang fundamental pasangan calon, pemilih akan mengambil keputusan berdasarkan anchor tersebut.

Pemilih sulit untuk lepas dari pemikiran bahwa calon A lebih membela rakyat atau calon B lebih baik karena lebih cepat memutuskan. Makanya, ada isu pemanfaatan lembaga survei untuk membentuk anchor tingkat elektabilitas calon tertentu. Ujung-ujungnya masyarakat menjadi bingung karena hasil survei yang berbeda- beda. Hati-hati pula dengan representativeness bias atau tendensi untuk mengambil keputusan berdasarkan pengalaman terkini.

Misalnya, ketika IHSG (indeks harga saham gabungan) naik tajam beberapa minggu terakhir, investor segera berpikir bahwa pasar saham telah pulih. Data sesaat dianggap mewakili siklus yang panjang. Pada kampanye pilkada, para calon membombardir pemilih dengan informasi terkini untuk menutupi kelemahannya di masa lalu. Di ujung masa bakti, pemerintah incumbent (petahana) berusaha mengambil hati rakyat agar mereka melupakan ketidaknyamanan yang pernah dibuat.

Si Polan sadar bahwa dia harus memilih berdasarkan informasi yang komprehensif. Meski demikian, dia masih bisa ketularan status quo bias, yakni kecenderungan untuk tidak ingin mengubah sebuah perilaku yang sudah established bila tidak ada insentif yang cukup menarik.

Akhirnya, gunakan hak pilih Anda dengan hati dan pikiran terbuka. Selamat “menembak” pasangan calon (secara rasional)! Semoga calon terpilih tidak memperlakukan janjinya seperti lirik lagu band Kuburan, Lupa Lupa Ingat: C A minor D minor ke G ke C lagi....

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement