Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Demi Ketahanan Pangan, Jokowi Perkuat Bulog

Dedy Afrianto , Jurnalis-Selasa, 13 Juni 2017 |18:40 WIB
Demi Ketahanan Pangan, Jokowi Perkuat Bulog
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan rapat terbatas dengan topik memperkuat peran Badan Urusan Logistik (Bulog). Rapat terbatas ini turut dihadiri oleh sejumlah jajaran Menteri Kabinet Kerja dan Dirut Bulog Djarot Kusumayakti

Pada rapat terbatas ini, pemerintah pun berencana untuk memperkuat peran dari Bulog. Utamanya peran pada sektor ketahanan pangan.

"Jadi intinya ada keinginan pemerintah kuatkan peran Bulog dalam ketahanan pangan karena kalau kita lihat apapun posisinya semua negara memerlukan sebuah lembaga dalam rangka ketahanan pangan. Ada beberapa usulan, tapi saya enggak ikut, usulan dari Menteri, Wapres diputuskan untuk sementara diperhalus bentuk SOP di Menko Perekonomian," kata Djarot di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (13/6/2017).

Adapun penguatan yang dimaksud adalah penguatan pada berbagai sektor. Termasuk di antaranya penguatan pada sektor kelembagaan dan penugasan.

"Kelembagaan, penguatan penugasan, penguatan keuangan, supaya kuat. Tapi belum diputus, nanti di kantor Menko," jelasnya.

Payung hukum program penguatan Bulog ini pun masih terus dikaji oleh pemerintah. Diharapkan, upaya ini dapat memberikan pengaruh positif pada pengendalian stok pangan di Indonesia yang juga berdampak pada pengendalian harga.

"Contohnya dalam kelembagaan supaya kuat bertanyanya atau berlindungnya ke satu lembaga saja," ujarnya.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan bahwa harga dan produksi pangan memang harus terus dijaga oleh pemerintah. Pasalnya, hal ini berkaitan dengan kesejahteraan petani dan daya beli konsumen.

"Tentunya kita harus menjaga kestabilan harga. Stabil harga di petani, supaya petani tetap mau menanam, tapi di saat yang sama menjaga harga di konsumen, jangan sampai terlalu tinggi yang akhirnya membebani konsumen. Jadi balance itu," kata Rini.

Rini pun menaruh perhatian pada disparitas harga pangan. Diharapkan, hal ini dapat segera diselesaikan oleh pemerintah.

"Akhirnya kalau ada perbedaan harganya dalam arti waktu kita beli dari petani satu titik harga A, tapi ternyata untuk, dengan proses kan kita harus juga simpen stok, dengan prosesnya itu jadi A+5, tapi kalau kita hanya bisa jual A+3, itu duanya siapa yang tanggung. Ini masih kita bicarakan," ujarnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement