BEKASI- Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, mewacanakan pemberian bantuan berupa pemasangan air conditioner (AC) untuk setiap angkutan perkotaan (angkot) yang beroperasi di Kota Bekasi.
Program tersebut rencananya akan diwujudkan pada 2018 mendatang. Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Bekasi Yayan Yuliana mengatakan, angkot ber-AC menjadi tantangan pemerintah setempat untuk mengubah semua angkot berpendingin.
“Kami akan lakukan secara bertahap. Tahun depan semua angkot di Bekasi sudah menggunakan AC,” katanya.
Penetapan angkot ber-AC sesuai dengan pelaksanaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek dengan target semua angkot harus ber-AC paling lambat Februari 2018.
Yayan menjelaskan, paling lambat pada 2018, seluruh angkutan umum wajib menggunakan AC dengan temperatur 20-25 derajat Celsius. “Tantangan kami adalah menyadarkan pengusaha angkot agar memasang AC pada armadanya. Hal ini yang kami rasa sangat berat,” ungkapnya.
Namun, kata dia, pengusaha angkot kini banyak mengeluh tak punya modal untuk memasang AC karena omzetnya menurun sejak ada angkutan umum berbasis online. Karena itu, pemerintah tengah mencari solusi untuk membantu pengusaha angkot menyediakan AC di dalam armadanya.
“Bisa pakai CSR, bisa juga subsidi dari pemerintah. Ini yang sedang dibahas,” ujarnya. Ada pun bantuan fasilitas AC bagi 10 angkot dari Kementerian Perhubungan diprioritaskan untuk trayek Bekasi- Pondok Gede atau K-02. Sebab, peminat trayek paling banyak dan paling jauh di antara trayek lain. Sementara pemilik angkutan perkotaan berpendingin ruangan K-02 jurusan Bekasi-Pondok Gede, Havi Rossi mengatakan sejak dioperasikan angkot AC dua bulan lalu, omzetnya meningkat.
“Sekarang bisa dapat Rp600.000 sehari. Angkot saya banyak diminati warga,” katanya. Omzet sebanyak itu, kata dia, didapat dari lima rit mulai dari terminal Bekasi sampai tempat tujuan Pondok Gede. Padahal, jika ngoyo, omzet bisa bertambah banyak dari itu. “Omzet tersebut belum dipotong uang bahan bakar maksimal Rp200.000. Narik santai saja,” imbuhnya.
Rossi mengaku, sebelum dipasang AC, omzet paling banyak Rp350.000- Rp400.000. Nilai itu belum dipotong uang bahan bakar minyak Rp150.000-Rp200.000. Bahkan, untuk mencapai omzet sebanyak itu, sopir harus kerja keras. Artinya, setiap hari sebelum pakai AC pendapatan bersih tak lebih dari Rp200.000 sehari.
Namun, saat ini pendapatan bersih bisa sampai Rp400.000. Menurutnya, penumpang sangat antusias dengan kehadiran angkot AC. Banyak penumpang yang mengharapkan angkot berpendingin lebih banyak lagi sehingga waktu tunggu lebih singkat.
“Penumpang suka angkot nyaman,” ungkapnya. Berdasarkan pengalaman di lapangan, kata dia, tarif jarak dekat Rp3.000. Namun, penumpang membayar melebihinya mulai dari Rp1.000 hingga Rp3.000. Penumpang melebihi tarif yang ditetapkan karena merasa nyaman naik angkot berpendingin.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)