Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bayan Resources Terbitkan Surat Utang Rp8,06 Triliun, Nilainya Lebih Besar 50% dari Ekuitas

Agregasi Harian Neraca , Jurnalis-Selasa, 18 Juli 2017 |12:33 WIB
Bayan Resources Terbitkan Surat Utang Rp8,06 Triliun, Nilainya Lebih Besar 50% dari Ekuitas
Ilustrasi: Shutterstock
A
A
A

JAKARTA - PT Bayan Resources Tbk (BYAN) berencana menerbitkan Notes melalui entitas anaknya yakni suatu perusahaan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Singapura dengan nilai maksimum USD600 juta atau setara dengan Rp8,06 triliun.

Direktur Utama BYAN Chin Wai Fong dalam siaran persnya menyebutkan, nilai penerbitan Notes tersebut lebih besar dari 50% atau sebesar 318,9% dari ekuitas perseroan yaitu Rp2,52 triliun berdasarkan laporan keuangan. Dana hasil penerbitan Notes ini akan digunakan untuk pembiayaan kembali utang perseroan dan modal kerja, serta keperluan korporasi lainnya dari perseroan dan anak perusahaan.

Notes ini berjangka waktu 7 tahun sejak diterbitkan yaitu pada 2024 dengan bunga sebesar-besarnya 10% per tahun. Perseroan akan menggelar RUPS Luar Biasa untuk meminta persetujuan pemegang saham pada 23 Agustus 2017. Perseroan tahun ini memproyeksikan pendapatan sebesar USD600 juta-USD750 juta, naik 8%-35% dibanding realisasi tahun lalu USD555,5 juta. Target pendapatan dipatok dengan asumsi harga jual rata-rata USD38-USD42 per metrik ton.

Hingga tiga bulan pertama 2017, Bayan telah membukukan pendapatan USD187,46 juta, naik 99,5% dibanding periode yang sama pada 2016. Pencapaian pendapatan pada kuartal I juga setara 25%-31% dari target 2017. Disebutkan, perseroan lebih optimistis terhadap prospek batu bara. China telah melakukan upaya lebih terkontrol untuk menekan harga batu bara dalam negeri yang akan langsung memengaruhi harga di pasar internasional.

Pasar batu bara mengalami gejolak pada 2016 saat Indeks Globalcoal Newcastle melonjak menjadi USD109,69 per ton pada 11 November dibanding posisi 22 Januari sebesar USD47,37 per ton. Keputusan untuk membatasi pasokan oleh Pemerintah China memulihkan Indeks Globalcoal Newcastle yang mencapai angka rata-rata USD66,1 per ton pada 2016 atau naik 11,65% dibanding 2015.

Fong dalam laporan tahun perseroan mengatakan permintaan batu bara, khususnya dengan spesifikasi seperti di Tabang sangat tinggi di Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Taiwan, India, China, Vietnam, dan Filipina. India masih merupakan pasar ekspor utama Bayan dengan kontribusi 35,56%. Selama tujuh tahun terakhir, India menjadi pasar terbesar dan sesuai dengan rencana ekspansi perseroan ke pasar batu bara kalori rendah yang diproduksi konsesi Tabang dan Pakar.

Pada tahun ini, Bayan menargetkan volume penjualan batu bara sebesar 16 juta-18 juta ton, 23%-38% lebih tinggi dibanding volume penjualan 2016 sebesar 13 juta ton. Perseroan berencana untuk fokus pada produksi di Tabang yang merupakan tambang batu bara kalori rendah berbiaya rendah. Serta merencanakan pengembangan proyek tambang PT Teguh Sinarbadi, PT Firman Ketaun Perkasa, dan PT Wahana Baratama Mining yang akan memasuki area penambangan baru dengan rasio pengupasan tanah yang lebih tinggi.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement