JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman kembali menggelar rapat proses penyelesain pembangunan kereta api ringan (Light Rapid Transit/LRT) Jabodebek. Dalam rapat kali ini ditampilkan hasil kajian dari konsultan bisnis, Price Waterhouse Coopers (PWC).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, hitung-hitungan grafik terkait dana subsidi yang disiapkan dibutuhkan sebesar Rp16 triliun untuk 12 tahun. Subsidi ini diberikan supaya harga tiket sekira Rp12.000.
Namun, kata Budi, angka subsidi tersebut bisa ditekan. Caranya dengan meningkatkan jumlah penumpang, di mana dari hitung-hitungan PWC pertumbuhan jumlah penumpang diproyeksikan tumbuh 5% per tahun.
Baca juga: Catat! 2 Bank Swasta Ini Tergiur Biayai Proyek LRT Jabodebek
"Kelihatannya itu (subsidi) bisa turun, bila pertumbuhan itu bisa digoyang 6% sampai 7%. Begitu pertumbuhan di atas 5% maka subsidi akan turun," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Divisi LRT Najib Tawangalun menerangkan, skema subsidi pada LRT Jabodebek tidak seperti KRL, bukan subsidi tiket ataupun potongan tiket.
Baca juga: Sudah Disubsidi, Menhub: Harga Tiket LRT Paling Realistis Rp12.000
"Jadi dalam hal ini, kebutuhan x Rupiah, biaya y Rupiah, selisih itulah yang disubsidi. Artinya semakin banyak penumpang, maka semakin turun subsidinya. Ini akan ada masanya," tuturnya.
Terkait dengan progres pembangunan, Najib mengatakan, KAI membutuhkan tambahan biaya sekira Rp18 triliun untuk menyelesaikan proyek LRT Jabodebek. Namun berapa yang akan dicairkan masih dalam koordinasi dengan bank negara.
"Kita masih tadi dipaparkan Pak Luhut masih inplace November 2017 sudah financial close," pungkasnya.
(Rizkie Fauzian)