JAKARTA - Tak dapat disangkal, sejumlah kalangan mengakui daya beli masyarakat, khususnya yang menengah bawah mengalami kelesuan. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Ari Kuncoro pun mengiyakan hal tersebut.
Meski dirinya sepakat bahwa Indonesia tengah dilanda pelemahan daya beli, namun ada hal yang dia garis bawahi. Kata dia, meski saat ini daya beli masyarakat sedang lamban, namun di sisi lain gaya hidup mereka tetap terlihat mewah.
"Masyarakat bawah coba lihat itu yang upload FB (Facebook) seakan macam masyarakat bawah. Dia makan di Jogja (liburan), makan di Foodcourt. Jadi, mereka ingin menunjukkan eksistensi yang sesungguhnya, untuk kepuasan," kata dia ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (10/8/2017).
Baca Juga:
Akibat masyarakat tersebut dengan segala daya dan upayanya mengejar kemewahan demi menjaga eksistensinya, membuat mereka menahan diri untuk membeli produk konsumsi yang lain. Sehingga, seolah penjualan di sisi yang lain menurun.
"Ngerem (pengeluaran) yang lain karena makan di Foodcourt mahal juga kan," paparnya lebih jauh.
Baca Juga:
Jadi, pada intinya, sebenarnya daya beli menurunnya tak begitu signifikan. Hanya saja gaya hidup masyarakat tumbuh terlalu tinggi. "Kalau daya beli turun harus ditunjukkan misalnya pertumbuhan GDP turun drastis. Kalau turun enggak juga, naik tinggi enggak juga, ini pelan. Kalau dihitung secara riil enggak banyak berubah, stagnan," lanjutnya.
"Ini fenomena yang sangat menarik bagi Indonesia karena dari yang tadinya tumbuh cepat gara-gara komoditi, sekarang melambat. Ini menarik untuk dilihat. Masyarakat yang terlanjur enak, terlanjur merasa kelas menengah termasuk yang bawah makan sudah beres lah tapi sekarang ingin gaya," tandasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)