Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 5%, Kepala BPS: Daya Beli Tetap Kuat!

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 14 Agustus 2017 |11:18 WIB
Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 5%, Kepala BPS: Daya Beli Tetap Kuat!
Ilustrasi: Okezone
A
A
A

JAKARTA – Berubahnya pola konsumsi masyarakat dinilai sebagai penyebab pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2017 tidak sampai menyentuh angka 5%. Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir angka konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2017 hanya tumbuh sebesar 4,95%.

Hal itu menyebabkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional pada periode sama hanya tumbuh 5,01%. Padahal konsumsi masyarakat sebelumnya diharapkan tumbuh paling tidak 5%, mengingat ekspor sudah pulih sejak akhir 2016.

Baca juga: Soal Daya Beli, BPS: Pola Konsumsi Masyarakat Semakin Cerdas dan Efisien!

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, daya beli masyarakat tetap kuat dan terjaga karena konsumsi rumah tangga masih tumbuh di kisaran 5%. Hal ini terlihat dari pengeluaran masyarakat yang naik, baik secara nominal maupun riil.

“Konsumsi masyarakat tetap kuat dan tidak ada indikasi daya beli turun,” kata Suhariyanto dalam sebuah diskusi di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Semua komponen pengeluaran, kata dia, masih tumbuh kuat. Pertumbuhan beberapa komponen yang melambat, seperti pakaian dan peralatan rumah tangga disebabkan adanya pergeseran belanja masyarakat menengah ke atas yang dari konvensional ke online.

“Jadi, produk yang dijual tetap sama jumlahnya. Pergeseran ada, tapi tidak ada pengaruhnya ke daya beli,” kata Suhariyanto.

Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 4,95%, BPS: Daya Beli Masih Kuat!

Dia juga mengatakan, pertumbuhan konsumsi di sektor restoran dan hotel yang tumbuh lebih cepat sebesar 5,87% menjadi indikasi adanya pola konsumsi masyarakat berubah. Artinya, masyarakat saat ini cenderung menghabiskan uang di sektor tersebut daripada di sektor lain, seperti pakaian atau peralatan rumah tangga.

Sementara ekonom Faisal Basri menilai, tidak ada suatu kejadian yang besar, termasuk kebijakan pemerintah yang menyebabkan daya beli turun. Dia menilai, pola konsumsi masyarakat berubah karena lebih memprioritaskan uangnya untuk ditabung. “Kalau dia belanjanya kurang, tidak berarti daya beli turun,” ujarnya.

Faisal juga mengatakan, adanya kenaikan jumlah penumpang udara pada kuartal II-2017 yang masih tumbuh dua digit, baik penerbangan domestik maupun internasional. Begitu pula penumpang kereta api yang tumbuh 8,53%. Dengan kata lain, kata Faisal, adanya perlambatan pertumbuhan di sektor retail tidak bisa dilihat sebagai indikator utama untuk mengukur daya beli.

Baca juga: Konsumsi hingga Investasi Diproyeksi Topang Ekonomi Indonesia Kuartal II-2017

Hal ini karena perlambatan pertumbuhan tersebut digantikan pertumbuhan yang lebih cepat. Salah satunya di sektor pariwisata dan transportasi. Dia menilai, penurunan daya beli tidak bisa dilihat secara monolitik. Pasalnya, struktur masyarakat dari sisi pendapatan berbeda-beda sehingga kemampuan dalam mengonsumsi barang, termasuk jenis barangnya dan berbeda pula.

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement