Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dirut BEI: Selama Pertumbuhan Ekonomi Lebih Besar dari Inflasi, Tidak Ada Penurunan Daya Beli

Ulfa Arieza , Jurnalis-Senin, 14 Agustus 2017 |15:16 WIB
Dirut BEI: Selama Pertumbuhan Ekonomi Lebih Besar dari Inflasi, Tidak Ada Penurunan Daya Beli
Foto Dirut BEI Tito Sulistio (Ulfa/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Pelemahan daya beli masyarakat yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini menyita banyak perhatian. Topik ini pun tak lepas dari perhatian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Di bawah komando DPR, diadakanlah diskusi yang mengangkat tema ‘Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Anjloknya Daya Beli’.

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang memimpin diskusi ini menilai bahwa ada perubahan pola gaya hidup dalam masyarakat sekaligus menggeser pola konsumsi. Sehingga, memerlukan perhatian lebih dari pemerintah dalam menanggapi pola baru ini, termasuk dari segi data riil di lapangan.

"Ini bisa jadi penurunan konsumsi ada hal ketidakmampuannya kita untuk membaca lifestyle. Kayaknya untuk melacak rumah tangga kita perlu membangun sesuatu yang lebih akurat," ujarnya di Gedung Nusantara 3, Kompleks DPR RI, Senin (14/8/2017).

Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 5%, Kepala BPS: Daya Beli Tetap Kuat!

Sementara itu, Direktur Utama BEI Tito Sulistio yang turut hadir mengatakan bahwa selama pertumbuhan ekonomi lebih besar dari inflasi, maka tidak ada penurunan daya beli.

Menurut Tito, menjamurnya konsumerisme sekarang ini menyebabkan adanya pola baru dalam konsumsi masyarakat. Dalam jangka panjang, pemerintah harus menaruh perhatian lebih utnuk menyikapi konsumerisme. Alasannya, kata Tito, konsumerisme dapat merugikan negara apalagi jika masih bersifat impor.

"Sayangnya konsumerisme adalah basis kita berdikari, tetapi jika spending barang yang tidak perlu di mana konsumer itu mengonsumsi barang impor, negara harus hadir di sana," ujarnya.

Baca Juga: Soal Pertumbuhan Ekonomi 5,01%, Sri Mulyani: Positif tapi Ada Hal yang Diperhatikan

Sementara itu, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Firman Mochtar menjelaskan bahwa kelompok menengah atas cenderung menahan belanja. Data dari Bank Indonesia menyebutkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Namun, ketika di-breakdown data DPK tersebut bersifat simpanan berjangka.

"Jadi, memang mereka cenderung menahan konsumsinya. Lebih baik disimpan di deposito. Sementara yang di giro dan tabungan ini menurun. Ini yang digunakan untuk melakukan konsumsi sehari-hari," terang dia.

Hadir dalam diskusi ini beberapa stakeholder yang bergerak dalam makro ekonomi Indonesia, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS) yang dihadiri langsung oleh Kepala BPS Kecuk Suharyanto. Ada pula Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Firman Mochtar. Sedangkan dari otoritas Bursa Efek Indonesia, hadir Direktur Utama BEI Tito Sulistio.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement