JAKARTA - Pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 sebesar 5,4%. Angka ini lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,2%.
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menilai target pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4% terbilang cukup berat. Alasannya, faktor-faktor yang diandalkan pemerintah untuk menopang pertumbuhan ekonomi, belum cukup kuat.
Misalnya, konsumsi rumah tangga yang saat ini masih berada dalam posisi 4,92%. Padahal, pertumbuhan konsumsi rumah tangga diharapkan mencapai 5,1%, sehingga angka pertumbuhan ekonomi 5,4% dapat terwujud. Selain itu, menurut Lana, konsumsi rumah tangga adalah salah satu faktor yang dapat dikontrol untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Konsumsi rumah tangga 4,92% untuk ngangkat ke 5,1% itu agak berat. Kalau melihat kondisi sekarang agak berat 5,4%," ujarnya saat dihubungi Okezone.
Sementara itu, dari sisi eksternal seperti pertumbuhan ekonomi global, dikatakan Lana, tidak banyak berkontribusi. Meskipun cenderung membaik, pertumbuhan ekonomi global tidak lantas mengerek sisi permintaan. Sehingga, permintaan luar negeri juga cenderung masih lemah.
Lana juga masih meragukan pemerintah dapat mengandalkan segi investasi. Pasalnya, kondisi makroekonomi Indonesia masih belum stabil, sehingga banyak investor yang berpikir ulang untuk menanamkan investasinya.
Satu-satunya harapan adalah konsumsi rumah tangga yang juga tidak banyak memberikan sinyal positif. Dengan asumsi-asumsi tersebut, Lana sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,1%.
"Konsumsi rumah tangga saat ini 4,92%, untuk sampai 4,97% masih bisa. Kalau konsumsi rumah tangga 4,97%, dengan asumsi kita enggak bisa kontrol faktor eksternal, sementara hitungan kita di 5,1%," kata dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)