Perubahan pola tanam ini berdampak pada meningkatkan produksi tanaman padi di Indonesia. Defisit kebutuhan pangan pun dapat dihindari.
"Jadi beras berarti 1,5 juta (ton). Kebutuhan makan 2,6 juta. Defisit 1,1 juta. Sehingga kami ubah pola tanam yang puluhan tahun itu. Tahun 2016 enggak ada gejolak harga beras sampai 2017.
Nah, karena kita mengubah sistem. Musim paceklik ini, kalau tanam berarti panennya di Oktober, atau kalau September panennya di Desember," ujarnya.
Diharapkan, panen tetap dapat berlangsung pada berbagai daerah tanpa adanya hambatan. Hasil panen ini juga diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kuantitas cadangan beras pemerintah.
"Ini panennya satu juta semua rata-rata 1 juta (ton) Insya Allah. Artinya 1 juta kali 6 itu, dibagi 2 sama dengan 3 juta. Berarti surplus 400 ribu ton. Harga nggak pernah bergejolak. Kita kasih HET (Harga Eceran Tertinggi), melakukan perlindungan petani, kemudian menata tata rantai pasoknya kemudian menata sektor produksi," ujarnya.
(Fakhri Rezy)