JAKARTA - Industri retail modern dinilai tengah mengalami kelesuan. Hal itu tercermin dari beberapa pusat perbelanjaan modern, seperti Ramayana, Hypermart, hingga yang terbaru Matahari yang mulai menutup gerai-gerainya karena sepi pengunjung.
Banyak yang beranggapan, lesunya sektor retail disinyalir karena daya beli masyarakat bawah Indonesia yang menurun. Namun hal tersebut dibantah oleh Head of Retail JLL Indonesia Cecilia Santoso.
Menurutnya, melemahnya retail di suatu daerah tidak bisa mengindikasi menurutnya daya beli masyarakat. Karena menurutnya, daya beli masyarakat Indonesia hanya bergeser dari konvensional menuju online.
Baca juga: Matahari Cs Tutup Gerai, Mendag Tegaskan Tidak Ada Hubungannya dengan Daya Beli!
"Tingkat permintaan yang berkurang di suatu area tidak mengindikasi daya beli menurun, hanya saja terjadi perubahan perilaku konsumen," ujarnya dalam acara property update kuartal III, di Kantor JLL Indonesia, Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Adanya perubahan perilaku konsumen juga berdampak kepada para pelaku usaha yang mulai beralih ke online. Mereka beranggapan dengan beralih ke online, jangkauan kepada masyarakat juga akan lebih luas lagi.
Selain itu lanjut Cecilia, para pelaku usaha juga bisa sedikit lebih efisien dari sisi biaya. Karena tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang lebih untuk menyewa toko.
Baca juga: Matahari Tutup 2 Gerai, Bos Hypermart: Itu Hal yang Biasa
"Dampak adanya online adalah peretail dapat memperluas jangkauan untuk produk yang bersifat pasti dan tidak perlu ukuran toko tertentu. Sehingga peretail tidak perlu tambahan biaya untuk memamerkan barang," jelas Cecilia
"Namun hal ini juga harus didukung infrastruktur yang memadai sehingga proses belanja online menjadi lebih mudah," imbuhnya
Follow Berita Okezone di Google News
(rzk)