Namun, rencana IPO tersebut telah menciptakan kekhawatiran masyarakat bahwa pemerintah Arab telah menyerahkan permata mereka kepada orang asing dengan harga murah. Beberapa karyawan Aramco ingin seluruh gagasan itu dicabut.
Sumber tersebut juga mengatakan terjadi ketidaksepakatan, antara pejabat pemerintah senior, dengan beberapa mendorong Aramco hanya untuk investor lokal, dan beberapa memilih untuk menunda IPO dan menunggu harga minyak stabil pada USD55-USD60 per barel.
Salah satu opsi mencakup menjual beberapa saham segera kepada para investor seperti China, dan kemudian menjual saham di bursa lokal serta bursa efek internasional, seperti New York, London dan Hong Kong.
(Martin Bagya Kertiyasa)