Dalam sambutan yang disampaikan pada konferensi tahunan IPOC 2017 yang kali ini mengambil tema “Growth throug Productivity: Partnership with Smallholder” tersebut, Menteri Perdagangan juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi yang kuat guna mendukung industri kelapa sawit.
Dalam kaitan ini, pemerintah RI telah melakukan langkah guna membangun sawit berkelanjutan antara lain melalui penguatan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan kerja sama dengan Malaysia, sesama negara penghasil utama sawit di dunia. Isu-isu sosial disikapi dengan menjamin upah minimum bagi pekerja sawit dan peningkatan fasilitas bagi pekerja di perkebunan kelapa sawit.
“Yang kita butuhkan adalah kolaborasi kuat di antara berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi isu-isu seputar kelapa sawit,” ujar Enggar. Mendag mengistilahkan kepedulian tersebut dengan kalimat “a sense of palm oil incorporated.”
Dalam rangka mendapatkan pengakuan terkait dengan aspek cost-effective sawit, Mendag menyampaikan bahwa para konsumen, pelaku usaha dan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait perlu mengembangkan suatu “early warning system” (sistem peringatan dini). Sehingga, segera dapat diambil langkah tepat bilamana sawit mendapatkan perlakuan diskriminatif di pasar ekspor.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)