Sementara itu ia menjelaskan dari 82 kota yang menjadi data penghitungan inflasi, masing-masing memiliki bobot berbeda. Saat ini yang tertinggi bobotnya adalah Jakarta, sehingga nama ibu kota pengganti yang beredar saat ini belum tentu bisa dalam waktu cepat bisa sebesar Jakarta.
"Jakarta paling tinggi. Karena jumlah penduduk paling tinggi, rumah tangga banyak, sehingga dia akan mempunyai share lebih besar dibandingkan kota kecil dibanding Denpasar. Kan enggak ujug-ujug membangun, berkembang jadi besar, butuh waktu yang panjang," katanya.
Lanjut Kecuk, untuk pertumbuhan ekonomi pengaruhnya belum bisa dipastikan apakah akan berdampak besar. Karena itu tergantung dari pilihan ibu kota nangtinya.
"Sangat tergantung. Kalau sebuah kota berkembang, pasti industri ikut. Tapi seberapa jauh enggak tahu. Kotanya aja belum tahu. Tunggu Desember ya," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)