JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi sepanjang 2017 tidak mencapai target. Tercatat investasi hulu migas 2017 mencapai USD9,33 miliar atau lebih rendah dari target work plan and budgenting (WP&B) revisi USD12,29 miliar.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, investasi tidak capai target karena ada efisiensi yang telah dilakukan dari investasi hulu migas di 2017.
"Apa beda investassi dengan efisiensi. Apa bedanya, jelas-jelas Jambaran Tiung Biru investasinya USD2,1 miliar. Kita efisienkan USD1,5 miliar. Ini cost turun atau investasi turun?" tanyanya, di Press Room Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Dia mengatakan, Jambaran Tiung Biru untuk produksi tidak terjadi penurun. Malah dari investasinya terjadi efisiensi cost.
"Jamabaran Tiung Biru hasilnya sama kok 107,3 mmscfd. Lifting sama kok," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar, penyebab turunnya investasi seperti diketahui sepanjang 2017 dan sebelum akhir tahun tren harga minyak sedang turun. Hal ini membuat capex perusahaan harus di-prepare jauh sebelum menetapkan investasinya.
"Jadi saat sepanjang harga minyak murah, maka sudah pasti capex-nya turun," ujarnya.
Dia melanjutkan, saat harga minyak turun unit cost sewa rig juga turun, sehingga spending yang dikeluarkan perusahaan saat harga minyak rendah untuk ngebor 1 well sudah pasti jauh lebih murah dibanding ngebor saat harga minyak lagi USD100 per barel.
"Ini juga pengaruh. Saya dengar juga sewa rig itu turun sampai separuh saat harga minyak lagi rendah. Jadi pekerjaannya sama, tapi dolar yg dikeluarkan lebih sedikit," ujarnya.
Meski begitu, pemerintah berharap investasi hulu migas ke depan bisa lebih baik. Di mana harga minyak seperti Brent sudah USD68 per barel dan di WTI sudah USD60 per barel.
"Kita harap capex akan improve, spending akan improve," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, untuk investasi hulu migas total realisasi USD9,33 miliar. Terdiri dari sebagian besar pada WK eksploitasi sebesar USD9,15 miliar dan reliasi investasi di WK ekplorasi USD0,18 miliar.
"Dari sini investasi ekplorasi masih kecil dan ke depan perlu ditingkatkan untuk SKK Migas bersama K3S dan butuh dukungan berbagai pihak," ujarnya.
Menurut Amien, masih rendahnya investasi di WK eksplorasi berhubungan dengan perizinan. Jadi mulai dari studi, seismic hingga pengeboran eksplorasi banyak berinteraksi dengan perizinan.
"Oleh karena itu, SKK Migas ke depan akan membantu K3S mempercepat menyelesaikan perizinan yang diurus,"ujarnya.
Kemudian, eksplorasi juga berhubungan dengan kondisi global salah satunya harga minyak dunia. Oleh karena itu, sebenarnya target investasi WK eksplorasi di 2017 hanya USD870 juta.
"Kalau diharapkan berapa, tentu targetnya besar. Tapi kita harus realistis," ujarnya.
(Fakhri Rezy)