LAMONGAN - Beras impor mendapatkan penolakan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan untuk masuk ke Kota Soto tersebut. Pasalnya kehadiran beras impor dinilai bakal merusak harga beras dari panen lokal, ketika hasil panen mencukupi kebutuhan beras di Lamongan.
Bupati Lamongan Fadeli mengatakan, penolakan beras impor masuk Lamongan itu bukan hanya gagah-gagahan. Namun, hal itu dilandasi alasan yang kuat. Apalagi, menurutnya kenaikan harga beras tidak akan berlangsung lama, seiring dengan sudah dimulainya panen di sejumlah tempat.
“Biarkanlah petani kita menikmati kemakmuran. Toh kenaikan harga ini tidak akan berlangsung lama. Nanti juga akan turun dengan sendirinya,“ ujarnya Selasa 23 Januari 2018.
Baca juga: Polemik Impor Beras, Menko Darmin: Sudah Diputuskan 500.000 Ton
Lebih lanjut, dia menambahkan, tidak ada urgensinya melakukan impor beras. Apalagi kalau sampai masuk ke Lamongan. Sebab, saat ini Lamongan merupakan daerah yang surplus beras. Tercatat panen padi Lamongan 2017 mencapai hampir 1,1 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
“Dengan memperhitungkan gabah itu untuk kebutuhan bibit dan konsumsi, Lamongan masih surplus sekitar 700 ribu ton gabah. Itu berarti setara dengan surplus 460 ribu ton beras,” ungkapnya.
Sementara di tahun 2018, sampai dengan Bulan April saja diperkirakan akan ada 58.455 hektare padi yang dipanen. Dengan produktivitas tahun 2017 yang mencapai 6,9 kuintal perhektare, pada April nanti diperkirakan Lamongan akan sanggup memproduksi hingga 403.399 ton GKG.
Baca juga: Bali Nyatakan Tak Butuh Impor Beras karena Masih Surplus
Semetara itu, data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lamongan, harga gabah kering giling saat ini antara Rp6.200-Rp6.400 per kg. Sementara untuk beras kualitas medium, tidak ada kenaikan harga lagi selama sepekan ini.
Di Pasar Sidoharjo dan Mantup harganya terpantau Rp10 ribu per kg. Sedangkan di Pasar Babat Rp9.500 per kg dan di Pasar Blimbing dijual dengan harga Rp11 ribu per kg. (Ashadi Iksan)
(Dani Jumadil Akhir)