JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan, untuk menumbuhkan ekonomi di dalam negeri, Indonesia perlu mencontoh keterbukaan yang dilakukan India. Dengan keterbukaan, India kini menjadi negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi di dunia mencapai sekitar 7% per tahun.
”Kita bisa menarik pelajaran dari India yang dulu agak tertutup bahkan cenderung sosialis, sekarang menjadi lebih terbuka. Tidak hanya masalah perdagangan dan investasi, tapi juga terbuka terhadap peran swasta dalam pengelolaan ekonomi negara,” ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro saat peluncuran Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) di Jakarta, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Ekonomi Global 2018 Diwarnai Reformasi Pajak AS hingga Harga Minyak
Bambang mengatakan, melalui keterbukaan, ekonomi India tidak hanya tumbuh stabil namun juga relatif tinggi. ”Ini yang harus kita kejar. Stabil kita sudah, tapi masih kurang tinggi. Kita harus lihat apa yang dilakukan India dan harus mempertimbangkan apa saja yang bisa dilakukan Indonesia,” ungkapnya. Dalam laporan WEF 2018 di Davos terkait kontribusi negara- negara terhadap pertumbuhan global, kontribusi tertinggi ditempati China (35,2%), diikuti Amerika Serikat(17,9%), India (8,6%), dan Uni Eropa (7,9%).
Sementara Indonesia menempati peringkat kelima di dunia dengan memberikan sumbangan 2,5% di atas Korea Selatan (2%), Australia (1,8%), Kanada (1,7%), Inggris (1,6%), dan Turki (1,2%). Menurut Bambang, Indonesia harus mulai melihat sumber-sumber pertumbuhan lain seperti keterlibatan swasta dalam pembiayaan infrastruktur. ”Artinya kita harus lebih mendorong investasi. Kita harus mulai melihat apa yang menjadi sumber pertumbuhan lain,” katanya.
Baca Juga: Wapres JK: Dunia Sudah Berubah, Banyak Buku Ekonomi Ditulis Ulang
Selain itu, momentum perbaikan ekonomi harus dimanfaatkan untuk mentrasformasikan ekonomi domestik. Menurut Bambang, Indonesia harus mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam (SDA) dan mulai berorientasi pada nilai tambah, pengolahan, dan jasa modern.
”Jangan sampai sumber daya alam (SDA) menghalangi upaya kita untuk membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi,” ujarnya. Sementara itu, mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menilai, ekonomi Indonesia perlu didorong untuk beralih dari berbasis komoditas sumber daya alam menjadi manufaktur supaya turut menikmati kinerja pertumbuhan ekonomi global.