JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) kembali mengingatkan pemerintah terhadap krisis ekonomi dan moneter yang pernah terjadi di Indonesia. Di mana krisis ini terjadi setiap 10 tahun atau disebut siklus 10 tahun.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan, pada tahun 1997-1998 Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter yang bersumber dari Thailand dan berdampak ke ekonomi Indonesia yang cukup lama.
Menurutnya, pada 2008 ekonomi dunia kembali diterpa krisis yang bersumber dari properti di AS. Namun pada 2008 krisis bisa dihadapi karena fundamental keuangan Indonesia kuat untuk menopang krisis.
Lalu, dia menyebutkan pada tahun 2018 ini adalah 10 tahun pasca krisis terakhir di 2008. Lalu apakah Indonesia akan kembali mengalami krisis keuangan?
"Kalau dilihat dari krisis yang kita alami, mungkin lebih banyak dari sektor keuangan dan kalau kita review dan bandingkan sumber krisis di 1998, 2008 ini kan transmisinya terlalu kuat ke ekonomi kita karena fundamental keuangan kita rapuh. Tapi 2008 karena fundamental keuangan kita kuat, maka transmisi krisis tidak terlalu dalam. Makanya kita mengklaim kita tidak terlalu influence dengan krisis yang ada di AS," ungkapnya di kantor Indef, Rabu (21/3/2018).
Menurutnya, pada tahun ini indikator kinerja sektor keuangan terutama perbankan relatif sehat, walaupun resiko kredit macet (nonperforming loan/NPL) sedikit naik tapi secara keseluruhan sektor perbankan masih relatif sehat. Dengan kondisi ini maka dia menilai bahwa krisis pada tahun ini tidak perlu di khawatirkan.
"Jadi besar kemungkinan apa potensi krisis di 2018 kita hampir yakin relatif tidak mengkhawatirkan," jelasnya.
Namun, dia tetap mengingatkan krisis 2011 yang terjadi di Yunani dan sebagian besar negara Portugal, Italia, Irlandia, Spanyol. Hampir semua yang terjadi di negara itu mengalami persoalan dan paling parah di Yunani yang bersumber dari sektor fiskal. Di mana dia menilai ini seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.
"Karena indikasi yang terjadi di Yunani, Portugal berasal dari beberapa variabel dan indikator mirip dengan kita. Artinya kita tidak ingin membuat ini menjadi kekhawatiran apalagi di tahun politik, tapi kita harus aware bahwa persoalan ULN kita ini dinyatakan aman atau tidak aman, tidak hanya sekedar rasio utang terhadap GDP," tukasnya.
(Fakhri Rezy)